Powered by Blogger.

Peserta CGP Angkatan 4 Kota Surakarta

Calon Guru Penggerak Mengikuti Lokakarya 3 di Hotel Royal Herritage Solo

Mural Untuk Solo Bangkit

Tergerak, Bergerak, Menggerakkan

Pengelolaan Kelas Daring di SMK N 6 Surakarta

Selama masa pandemi pembelajaran hanya bisa secara daring guru dituntut bisa menggunakan aplikasi meeting.

Kangguru Mas Guru

Filosofi Semar pada Pewayangan Jawa yang ngemong, momong dan tut wuri handayani .

Foto Section CGP angkatan 4 Kota Surakarta

Berlangsung di Lokakarya 3 - Hotel Royal Herritage Solo.

Foto Section CGP angkatan 4 Kota Surakarta

Berlangsung di Lokakarya 3 - Hotel Royal Herritage Solo.

Wednesday, July 27, 2022

Aku Korban Kekerasan Guru

- AKU KORBAN KEKERASAN GURU -
=====
Perkenalkan, aku Adi Surya. Lulusan terbaik Universitas Negeri Jakarta.
Kapan aku duduk di bangku SD? Pada masa teknologi masih Radio dengan antena, dan Televisi masih hitam putih dikeroyok semut.

Aku korban kekerasan guru sejak kelas tiga SD. Masih segar di ingatan, wali kelasku, Pak Yunus, berteriak marah, "hey, kamu! Maju ke depan kelas!" Dengan wajah menantang aku berdiri, menghampiri beliau.

"Selesaikan soal ini!" Lelaki empat puluh tahun itu memukul papan tulis dengan penggaris kayu. "Salah sedikit saja, habis kamu!" Aku dengan yakin mengerjakan soal matematika yang ia berikan.

"Sudah, Pak." Aku berseru dengan sombong. Yakin kalau jawabanku pasti benar.

Tapi ....

Plak ...! Penggaris dengan panjang satu meter itu mendarat di tubuh bagian belakangku. "Kamu cukup pandai, tapi bengal minta ampun! Duduk!" Aku kembali ke kursi sambil mengusap bagian yang sakit.
.
Di lain kesempatan, saat aku kelas lima, aku di panggil wali kelas dua, guru wanita yang terkenal killer, kejam dan suka menghukum. Namanya Bu Hernita. Matanya menakutkan, selalu membawa rotan di tangannya.

"Adi, kamu tadi memukul siswa kelas dua. Betul?" Aku biasanya selalu berani menghadapi guru, tapi hari itu, aku tertunduk takut. "Jawab...!" Wanita itu berteriak sambil memukul meja.

Aku benar-benar mati gaya waktu itu. Darah premanku menghilang. Padahal aku sudah sering dipanggil guru, tapi selalu selamat dari guru satu ini. Tapi kali ini, sepertinya adalah hari sialku.

"Kemari...!" Tanganku di tarik mendekat, "kepalkan tanganmu!" Aku menuruti, dan tiga puluh pukulan mendarat di kepalan tangan kecilku. Menangis? Ya, aku menangis, tentu saja, kalian boleh mencobanya, kalau tidak percaya, rasanya sakit!

"Aku akan laporkan pada ayahku!" Aku menangis dan berteriak, mengambil tas di kelas dan berlari pulang.

Tiba di rumah, aku menceritakan semuanya dengan jujur. Apa tanggapan ayahku? Dia menggandeng tanganku, dan kembali ke sekolah. Aku tersenyum penuh kemenangan.

"Rasakan ...." kataku dalam hati.

Tapi ... tiba di sekolah, Ayah menghampiri Bu Hernita, dan berkata, "hukum dia lebih keras lagi, Bu, karena dia tidak sadar apa kesalahannya." Ayah meraih penggaris dan memukul tanganku berulang kali. Dan Bu Hernita menghentikan tindakan Ayah. "Di sekolah, hanya kami yang boleh menghukum. Bapak boleh pulang...!" tegas Bu Hernita.

Setelah Ayah pulang, Bu Hernita membawaku ke lapangan. Mengumpulkan semua siswa.

"Dengar semuanya! Mulai hari ini, Ibu tidak mau ada yang berteman dengan Adi ... kalau ada yang berteman, akan Ibu hukum! Faham?" Tatapan Bu Hernita beralih padaku, "dan kamu, kalau masih bersikap seperti ini. Ibu akan keluarkan kamu dari sekolah!" Kemudian beliau berlalu begitu saja.
.
Terhitung sejak hari itu, aku tidak memiliki satu orang teman pun. Semua teman menjauh setiap kali aku mendekat.
.
Aku sudah kelas lima menuju kelas enam waktu itu, usiaku bukan balita lagi. Aku sudah remaja, seharusnya sikapku tak seburuk itu.
.
Sampai pada puncak yang membuat aku terpukul lebih keras dari pukulan Bu Hernita, sore itu sepulang sekolah aku di panggil kepala sekolah. Saat aku masuk, ada Bu Hernita di sana.
.
"Adi, nilai kamu sejak kelas satu tidak buruk. Kelas satu sampai kelas dua,  kamu selalu juara umum. Apa kamu tidak bertanya-tanya, kenapa di kelas tiga sampai kelas lima kamu tidak juara?" Kepala sekolah ku bernama Pak Sudirman, orangnya sangat lembut. Berbicara dengan penuh kasih sayang, "nilai kamu masih tinggi. Bahkan lebih tinggi dari peraih juara umum kita. Tapi perilaku kamu ini, yang membuat nilai angka rapormu tidak ada gunanya."
 .
Aku tertunduk, Bu Hernita mengusap kepalaku. "Kemari, dengarkan Ibu." Jujur baru sekali itu aku melihat Bu Hernita selembut kapas berbicara padaku.
.
"Kamu tahu, Adi? Apa yang paling berguna? Bukan angka-angka di rapor itu. Melainkan ... ini." Tangan beliau menyentuh dadaku. Aku sudah remaja waktu itu, dan sudah sangat memahami maksud beliau. Bagaimana rasanya? Malu! Ingin menangis, tapi tidak bisa. Jadinya? Sesak di dada!
.
"Begini, apa Adi mau berubah? Karena kalau Ndah seperti ini terus, sekolah tidak akan meluluskan." Aku melihat ke arah Bu Hernita, aku tahu beliau serius.

"Mau berubah?" Bisik beliau pelan. Aku mengangguk. Pelan.

"Adi janji, Adi akan berubah, Bu. Adi janji gak nakal lagi!"
======

Sejak hari itu, aku adalah Adi yang baru. Aku terlahir menjadi pribadi yang berbeda. Dan benar saja, saat kelas enam, aku kembali meraih juara umum.

Aku lulus tes dengan nilai terbaik di SMP favorit. Juga masuk dan lulus SMA dengan nilai yang masih sangat memukau, hingga aku berhasil meraih beasiswa sampai menyelesaikan S1.

Ketika lulus SMA, aku berkunjung kerumah Bu Hernita, menanyakan satu hal yang dulu tidak berani aku tanyakan.

"Kenapa di rapor, meski aku tidak juara, nilaiku masih di tulis dengan jujur?"

Beliau menjawab, "karena itu nilai kamu. Kami tidak berhak mempermainkannya."

Bertanya-tanya apa saja kenakalanku? Banyak teman-teman. Aku memukul adik dan kakak kelas, padahal mereka tidak sengaja menginjak kakiku waktu antri beli makan di kantin. Aku membuang buku PR teman sekelas yang sering mengangguku, dan masih banyak lagi kenakalanku yang lain, sejak kapan? Sejak aku kelas tiga. Luar biasa bukan? Ya, aku anak nakal yang selalu di pukul oleh guru, nyaris setiap hari.

Akulah Adi, korban kekerasan guru, yang berhasil meraih gelar sarjana dengan masa kuliah tiga tahun.

Akulah Adi, korban kekerasan guru, yang setiap hari memiliki luka di bagian jari.
Apakah kedua orang tuaku melaporkan mereka? Ooh tidak! Orang tuaku tahu, bagaimana sifat dan sikapku. Itulah kenapa mereka akan tambah memarahiku, setiap kali aku terkena hukuman.

Akulah Adi, korban kekerasan guru, yang sangat berterimakasih pada rotan dan penggaris kayu itu.

Namaku, Adi. Aku bahagia guruku pernah memukul saat aku nakal.

Terimakasih, Bu Hernita, rotan itu bukan hanya melukai tanganku. Tapi juga berhasil memukul keras batu yang ada di hatiku.

Beliau selalu memanggilku "Adi" kalau aku sedang tidak bermasalah. Tapi saat aku berbuat salah, beliau akan menyebut namaku "Aadii !" Dengan sangat keras.

=========

Bu, Pak, tahukah anda?
Hanya anda yang tahu karakter anak-anak anda. Bagaimana bisa anda lepaskan tanggung jawab kepada gurunya di sekolah? Tapi anda menahan hak didik bagi mereka atas anak anda.

Bu, Pak, pikirkanlah, apakah mungkin seorang guru tiba-tiba memukul siswanya tanpa kesalahan?

Bu, Pak, mereka menggunakan tangan untuk menjewer. Tapi mereka menghabiskan setengah hidupnya untuk keberhasilan anak anda.

Saat anak anda menjadi dokter, anda berkata dengan bangga, "ini anakku, menjadi dokter karena kerja kerasku!"
Bu, Pak, pernahkah saat anak anda pintar membaca, lantas anda berterimakasih, pada gurunya?
Saat anak anda pandai menghitung, pernahkah berpikir untuk mendoakan gurunya?

Bu, Pak, kalian mengirim mereka ke sekolah, karena kalian tahu, mereka butuh seorang guru. Lantas, mengapa saat anak anda mendapat secuil cubitan, jeweran, lantas anda melaporkan gurunya ke polisi? Memenjarakan gurunya begitu saja.

Bu, Pak, anda tahu karakter anak anda. Pikirkanlah kenapa mereka di jewer, di cubit. Karena gurunya menyayangi mereka, memperlakukan mereka seperti anak sendiri.

Bu, Pak, aku bukan guru, tapi aku adalah korban kekerasan guru, dan aku bangga guruku bersikap keras terhadapku. Karena kalau tidak, maka aku tidak akan seperti sekarang.

Bu, Pak, tidak perlu membawa bingkisan untuk gurunya. Cukup hargai mereka, tundukkan kepala dan ingat bagaimana peranannya untuk masa depan putra dan putri anda.

Mereka guru, dengan tulus mendidik, tapi di rumah, anda memberi anak-anak dengan gadget, dan tontonan televisi yang tak bermoral. Lalu, anda menyalahkan guru ketika anak anda berperangai buruk.

Kilau emas yang anda pakai itu, adalah hasil kerja keras penambang yang digaji tak seberapa.

Begitulah kerasnya kerja seorang pembentuk, karena seperti Itulah arti seorang guru sesungguhnya...

👩‍🏫🙏🙏🙏

Sumber : teman Facebook

Tuesday, July 26, 2022

Tiga Belas Wasiat utk Guru

TIGA BELAS WASIAT BERHARGA UNTUK PARA GURU

1. Hendaknya tidak mengambil cuti sakit ketika engkau tidak sakit sehingga tidak menggabungkan dua maksiat : kebohongan dan makan harta haram. Sesungguhnya pemotongan gaji dilandasi taqwa dan takut kepada Allah itu lebih baik dan lebih kekal.

2. Terimalah murid-muridmu dengan segala kesalahan mereka karena mereka bukan malaikat, bukan pula syaitan. Tidak ada alasan untuk lari dari meluruskan kesalahan-kesalahan itu karena Anda adalah murabbi (pendidik) dan ini yang diharapkan dari Anda.

3. Tunjukkan rasa hormat Anda kepada murid yang ada di hadapan Anda dengan cara menerangkan keutamaan mereka sebagai penuntut ilmu. Hal ini akan mendekatkan jarak Anda dalam menuju hati mereka.

4. Ingatlah bahwa banyak di antara orang-orang besar menjadi besar lantaran satu kata dari seorang guru yang melejitkan mereka dan memantik cita mereka hingga menggapai puncak.

5. Perbagus cara interaksi Anda dengan para murid. Berapa banyak guru yang mendapat doa dari murid setelah bertahun-tahun terlewati, atau setelah berada di liang kubur.

6. Semua mata pelajaran dapat dikaitkan dengan ajaran-ajaran Islam. Tinggal bagaimana Anda mencari media yang tepat.

7. Setiap menit keterlambatan Anda dalam memulai pelajaran atau keluar sebelum waktu selesai adalah hak murid, ia akan mengambilnya pada hari penghitungan amal.

8. Berapa banyak guru yang menjadi sebab lurusnya arah berpikir kaum muda sehingga ia mendapatkan doa-doa tulus dan kebaikan yang mengalir. Ya Allah, tambahkan dan berkahi setiap guru yang kuat, bertanggung jawab, dan senantiasa berbuat baik.

9. Di depan Anda ada generasi. Bangkitkan jiwa mereka, ajarkan cinta kepada ilmu, dan bangunkan semangat. Barangkali satu kata dari Anda dapat membakar spirit dalam hatinya dan menjadi kebaikan untuk ummat.

10. Rasa takut murid Anda terhadap Anda bukanlah pertanda keberhasilan dan keterampilan Anda dalam menegakkan kedisiplinan. Itu hanya pertanda bahwa Anda gagal dalam memerankan pendidikan. Pendidikan itu membawa ketegasan dan kasih sayang bukan dengan menakut-nakuti.

11. Syekh Utsaimin rahimahulloh membedakan antara pulpen inventaris kantor dan pulpen pribadi karena takut makan barang haram. Lantas bagaimana dengan orang yang menghalalkan sesuatu yang lebih berharga daripada tinta? Yaitu waktu!

12. Ingatlah bahwa anda mempunyai anak yang diajar oleh guru-guru seperti Anda. Maka berbuat baiklah kepada anak orang niscaya Allah akan menyiapkan bagi anak Anda guru-guru yang akan berbuat baik kepada mereka. "Balasan sesuai dengan amal perbuatan."

13. Ikhlaskan niat utk Allah. Karena sesungguhnya Anda sedang melakukan tugas para Nabi. Dan jika anda mengharap pahala dalam pekerjaan Anda, maka setiap jam pada siang hari Anda dalam timbangan kebaikan Anda.

Semoga jadi nasehat para pejuang Pendidikan...🙏🙏🙏

Kita semua adalah Pendidik

copas by Andi Enong
Teman Facebook

Sunday, July 24, 2022

Kredit Motor

KEJAMNYA DUNIA SALES KREDIT

Harga motor : Rp 19 juta.
Uang muka : Rp 2 juta.
Masa angsuran : 3 tahun = 35 bulan.
Angsuran/bulan : 867 ribu.
Rincian hitungannya.
867,,000 x 35 = 30,345,000
Di tmbah ung muka 2 juta
Total jumlahnya 32,345,000

Itu harga motormu kalau di kredit, padahal harga motormu tadi cuma 19 juta. Saya tanya, kamu mau beli motor yg harganya 19 dengan harga 32 juta...?

Misal kamu bayar lancar dan 3 tahun kedepan jadi milikmu. Sendai itu motor kamu jual kira-² laku berapa...? Paling tinggi 12 juta.

Dari selisih harga cash dan kredit kamu sudah rugi 13 juta di tmbah lagi 7 juta dari penyusutan harg barang, total kerugianmu sudah 20 juta. Nah.. kmu mau bayar 32,345,000 untuk sebuh brang yg harganya 12 juta di saat barang itu sah menjadi milikmu...?

Banyak dari kita yg lebih mengedepankann gensi dalam memenuhi tuntutan gaya hidupnya. Parahnya gaya hidup itu terlalu di paksakan.

Sebenarnya kalau kita mau berfikir, sabar dan ikhtiar sedikit lebih keras pasti akan ada solusi. Jangan karena kita "kepanasan" oleh teman atau tetangga kita yg memiliki ini dan itu, kita jadi lupa akan kebutuhan kita yg sesungguhnya.

KEBUTUHAN dan KEINGINAN itu berbeda jauh. Jangan pernah sekali-² menjadikan riba sebagai satu-²nya jalan pemenuhan kebutuhan hidup.

Sumber : Teman FB

Friday, July 22, 2022

Slow Leaner Murid Imam Syafi'i

Imam Syafi'i dan Murid "Slow Learner" 
_____
Sangat mengesankan pada apa yang ditulis oleh Imam Baihaqi dalam kitab Manaqib Imam Syafii, bagaimana cara Imam Syafii, sebagai guru mengajar salah satu muridnya yang sangat lamban dalam memahami pelajaran.

Sang Murid itu adalah Ar Rabi’ bin Sulaiman, murid paling slow learner. Berkali-kali diterangkan oleh sang guru Imam Syafii, tapi Robi’tak juga faham. Setelah menerangkan pelajaran, Imam Syafii bertanya,
“Rabi’ Sudah faham paham belum ?”
“Belum faham, ”jawab Rabi’.

Dengan kesabaranya, sang guru mengulang lagi pelajaranya,lalu ditanya kembali, ”sudah faham belum? Belum.
Berulang diterangkan sampai 39x Rabi’ tak juga paham.

Merasa mengecewakan gurunya dan juga malu, Rabi’ beringsut pelan-pelan keluar dari majelis ilmu. Selesai memberi pelajaran Imam Syafii mencari Robi’, melihat muridnya. Imam Syafi'i berkata, ”Robi’ kemarilah, datanglah ke rumah saya !”.

Sebagai seorang guru, sang imam sangat memahami perasaan muridnya, maka beliau mengundangnya untuk belajar secara privat.
Sang Imam mengajarkan Rabi’ secara privat, dan ditanya kembali, ”Sudah paham belum ?
Hasilnya? Rabi’ bin Sulaiman tidak juga paham.

Apakah Imam Asy-Syafi’i berputus asa?
Menghakimi Rabi’ bin Sulaiman sebagai murid bodoh? Sekali-kali tidak. Beliau berkata,  

”Muridku, sebatas inilah kemampuanku mengajarimu. Jika kau masih belum paham juga, maka berdoalah kepada Allah agar berkenan mengucurkan ilmu-Nya untukmu. Saya hanya menyampaikan ilmu. Allah-lah yang memberikan ilmu. Andai ilmu yang aku ajarkan ini sesendok makanan, pastilah aku akan menyuapkannya kepadamu.”

Mengikuti nasihat gurunya, Rabi’ bin Sulaiman rajin sekali bermunajat berdoa kepada Allah dalam kekhusyukan. Ia juga membuktikan doa-doanya dengan kesungguhan dalam belajar. Keikhlasan, kesalehan, dan kesungguhan, inilah amalannya Rabi’ bin Sulaiman.

Tahukah kita? Rabi’ bin Sulaiman kemudian berkembang menjadi salah satu ulama besar Madzhab Syafi’i dan termasuk perawi hadis yang sangat kredibel dan terpercaya dalam periwayatannya. 

Sang slow learner bermetamorfosis menjadi seorang ulama besar.
Inilah buah dari kesabaran Imam Asy-Syafi’i dalam mengajar dan mendidik.

Adakah kita, para guru dan orangtua bisa meneladani kesabaran Imam Syafii dalam mengajar ?

Berapa kuat kita meyakini bahwa tidak ada anak dan murid yang bodoh?

Sudahkan kita, para guru dan orangtua mendoakan anak-anak dan murid didik kita agar difahamkan pelajaran ?

Sudahkan kita, para guru dan orangtua memotivasi anak murid kita agar gigih berdoa kepada Allah Ta'ala?

Sumber : Teman Facebook

Bulying

- AKU KORBAN KEKERASAN GURU -
=====

Perkenalkan, aku Adi Surya. Lulusan terbaik Universitas Negeri Jakarta.
Kapan aku duduk di bangku SD? Pada masa teknologi masih Radio dengan antena, dan Televisi masih hitam putih dikeroyok semut.

Aku korban kekerasan guru sejak kelas tiga SD. Masih segar di ingatan, wali kelasku, Pak Yunus, berteriak marah, "hey, kamu! Maju ke depan kelas!" Dengan wajah menantang aku berdiri, menghampiri beliau.

"Selesaikan soal ini!" Lelaki empat puluh tahun itu memukul papan tulis dengan penggaris kayu. "Salah sedikit saja, habis kamu!" Aku dengan yakin mengerjakan soal matematika yang ia berikan.

"Sudah, Pak." Aku berseru dengan sombong. Yakin kalau jawabanku pasti benar.

Tapi ....

Plak ...! Penggaris dengan panjang satu meter itu mendarat di tubuh bagian belakangku. "Kamu cukup pandai, tapi bengal minta ampun! Duduk!" Aku kembali ke kursi sambil mengusap bagian yang sakit.
.
Di lain kesempatan, saat aku kelas lima, aku di panggil wali kelas dua, guru wanita yang terkenal killer, kejam dan suka menghukum. Namanya Bu Hernita. Matanya menakutkan, selalu membawa rotan di tangannya.

"Adi, kamu tadi memukul siswa kelas dua. Betul?" Aku biasanya selalu berani menghadapi guru, tapi hari itu, aku tertunduk takut. "Jawab...!" Wanita itu berteriak sambil memukul meja.

Aku benar-benar mati gaya waktu itu. Darah premanku menghilang. Padahal aku sudah sering dipanggil guru, tapi selalu selamat dari guru satu ini. Tapi kali ini, sepertinya adalah hari sialku.

"Kemari...!" Tanganku di tarik mendekat, "kepalkan tanganmu!" Aku menuruti, dan tiga puluh pukulan mendarat di kepalan tangan kecilku. Menangis? Ya, aku menangis, tentu saja, kalian boleh mencobanya, kalau tidak percaya, rasanya sakit!

"Aku akan laporkan pada ayahku!" Aku menangis dan berteriak, mengambil tas di kelas dan berlari pulang.

Tiba di rumah, aku menceritakan semuanya dengan jujur. Apa tanggapan ayahku? Dia menggandeng tanganku, dan kembali ke sekolah. Aku tersenyum penuh kemenangan.

"Rasakan ...." kataku dalam hati.

Tapi ... tiba di sekolah, Ayah menghampiri Bu Hernita, dan berkata, "hukum dia lebih keras lagi, Bu, karena dia tidak sadar apa kesalahannya." Ayah meraih penggaris dan memukul tanganku berulang kali. Dan Bu Hernita menghentikan tindakan Ayah. "Di sekolah, hanya kami yang boleh menghukum. Bapak boleh pulang...!" tegas Bu Hernita.

Setelah Ayah pulang, Bu Hernita membawaku ke lapangan. Mengumpulkan semua siswa.

"Dengar semuanya! Mulai hari ini, Ibu tidak mau ada yang berteman dengan Adi ... kalau ada yang berteman, akan Ibu hukum! Faham?" Tatapan Bu Hernita beralih padaku, "dan kamu, kalau masih bersikap seperti ini. Ibu akan keluarkan kamu dari sekolah!" Kemudian beliau berlalu begitu saja.
.
Terhitung sejak hari itu, aku tidak memiliki satu orang teman pun. Semua teman menjauh setiap kali aku mendekat.
.
Aku sudah kelas lima menuju kelas enam waktu itu, usiaku bukan balita lagi. Aku sudah remaja, seharusnya sikapku tak seburuk itu.
.
Sampai pada puncak yang membuat aku terpukul lebih keras dari pukulan Bu Hernita, sore itu sepulang sekolah aku di panggil kepala sekolah. Saat aku masuk, ada Bu Hernita di sana.
.
"Adi, nilai kamu sejak kelas satu tidak buruk. Kelas satu sampai kelas dua,  kamu selalu juara umum. Apa kamu tidak bertanya-tanya, kenapa di kelas tiga sampai kelas lima kamu tidak juara?" Kepala sekolah ku bernama Pak Sudirman, orangnya sangat lembut. Berbicara dengan penuh kasih sayang, "nilai kamu masih tinggi. Bahkan lebih tinggi dari peraih juara umum kita. Tapi perilaku kamu ini, yang membuat nilai angka rapormu tidak ada gunanya."
 .
Aku tertunduk, Bu Hernita mengusap kepalaku. "Kemari, dengarkan Ibu." Jujur baru sekali itu aku melihat Bu Hernita selembut kapas berbicara padaku.
.
"Kamu tahu, Adi? Apa yang paling berguna? Bukan angka-angka di rapor itu. Melainkan ... ini." Tangan beliau menyentuh dadaku. Aku sudah remaja waktu itu, dan sudah sangat memahami maksud beliau. Bagaimana rasanya? Malu! Ingin menangis, tapi tidak bisa. Jadinya? Sesak di dada!
.
"Begini, apa Adi mau berubah? Karena kalau Ndah seperti ini terus, sekolah tidak akan meluluskan." Aku melihat ke arah Bu Hernita, aku tahu beliau serius.

"Mau berubah?" Bisik beliau pelan. Aku mengangguk. Pelan.

"Adi janji, Adi akan berubah, Bu. Adi janji gak nakal lagi!"
======

Sejak hari itu, aku adalah Adi yang baru. Aku terlahir menjadi pribadi yang berbeda. Dan benar saja, saat kelas enam, aku kembali meraih juara umum.

Aku lulus tes dengan nilai terbaik di SMP favorit. Juga masuk dan lulus SMA dengan nilai yang masih sangat memukau, hingga aku berhasil meraih beasiswa sampai menyelesaikan S1.

Ketika lulus SMA, aku berkunjung kerumah Bu Hernita, menanyakan satu hal yang dulu tidak berani aku tanyakan.

"Kenapa di rapor, meski aku tidak juara, nilaiku masih di tulis dengan jujur?"

Beliau menjawab, "karena itu nilai kamu. Kami tidak berhak mempermainkannya."

Bertanya-tanya apa saja kenakalanku? Banyak teman-teman. Aku memukul adik dan kakak kelas, padahal mereka tidak sengaja menginjak kakiku waktu antri beli makan di kantin. Aku membuang buku PR teman sekelas yang sering mengangguku, dan masih banyak lagi kenakalanku yang lain, sejak kapan? Sejak aku kelas tiga. Luar biasa bukan? Ya, aku anak nakal yang selalu di pukul oleh guru, nyaris setiap hari.

Akulah Adi, korban kekerasan guru, yang berhasil meraih gelar sarjana dengan masa kuliah tiga tahun.

Akulah Adi, korban kekerasan guru, yang setiap hari memiliki luka di bagian jari.
Apakah kedua orang tuaku melaporkan mereka? Ooh tidak! Orang tuaku tahu, bagaimana sifat dan sikapku. Itulah kenapa mereka akan tambah memarahiku, setiap kali aku terkena hukuman.

Akulah Adi, korban kekerasan guru, yang sangat berterimakasih pada rotan dan penggaris kayu itu.

Namaku, Adi. Aku bahagia guruku pernah memukul saat aku nakal.

Terimakasih, Bu Hernita, rotan itu bukan hanya melukai tanganku. Tapi juga berhasil memukul keras batu yang ada di hatiku.

Beliau selalu memanggilku "Adi" kalau aku sedang tidak bermasalah. Tapi saat aku berbuat salah, beliau akan menyebut namaku "Aadii !" Dengan sangat keras.

=========

Bu, Pak, tahukah anda?
Hanya anda yang tahu karakter anak-anak anda. Bagaimana bisa anda lepaskan tanggung jawab kepada gurunya di sekolah? Tapi anda menahan hak didik bagi mereka atas anak anda.

Bu, Pak, pikirkanlah, apakah mungkin seorang guru tiba-tiba memukul siswanya tanpa kesalahan?

Bu, Pak, mereka menggunakan tangan untuk menjewer. Tapi mereka menghabiskan setengah hidupnya untuk keberhasilan anak anda.

Saat anak anda menjadi dokter, anda berkata dengan bangga, "ini anakku, menjadi dokter karena kerja kerasku!"
Bu, Pak, pernahkah saat anak anda pintar membaca, lantas anda berterimakasih, pada gurunya?
Saat anak anda pandai menghitung, pernahkah berpikir untuk mendoakan gurunya?

Bu, Pak, kalian mengirim mereka ke sekolah, karena kalian tahu, mereka butuh seorang guru. Lantas, mengapa saat anak anda mendapat secuil cubitan, jeweran, lantas anda melaporkan gurunya ke polisi? Memenjarakan gurunya begitu saja.

Bu, Pak, anda tahu karakter anak anda. Pikirkanlah kenapa mereka di jewer, di cubit. Karena gurunya menyayangi mereka, memperlakukan mereka seperti anak sendiri.

Bu, Pak, aku bukan guru, tapi aku adalah korban kekerasan guru, dan aku bangga guruku bersikap keras terhadapku. Karena kalau tidak, maka aku tidak akan seperti sekarang.

Bu, Pak, tidak perlu membawa bingkisan untuk gurunya. Cukup hargai mereka, tundukkan kepala dan ingat bagaimana peranannya untuk masa depan putra dan putri anda.


Mereka guru, dengan tulus mendidik, tapi di rumah, anda memberi anak-anak dengan gadget, dan tontonan televisi yang tak bermoral. Lalu, anda menyalahkan guru ketika anak anda berperangai buruk.

Kilau emas yang anda pakai itu, adalah hasil kerja keras penambang yang digaji tak seberapa.
Begitulah kerasnya kerja seorang pembentuk, karena seperti Itulah arti seorang guru sesungguhnya...

👩‍🏫🙏🙏🙏
Diambil dari Teman Facebook.

Indonesia

Benarkah nama negara kita
 *"I  N  D  O  N  E  S  I  A"*
 diberi nama sesuai dgn.Akronim Para
*"WALI SONGO "*?

1. *I*   *Ibrahim Malik* 
         _*(Sunan Gresik)*_
2. *N*  *Nawai Macdhum* 
         _*(Sunan Bonang)*_
3. *D*  *Dorojatun R Khosim* 
         _*(Sunan Drajat)*_
4. *O* *Oesman R Djafar Sodiq*
          _*(Sunan Kudus)*_
5. *N* *Ngampel R Rahmat* 
         _*(Sunan Ampel)*_
6. *E*  *Eka Syarif Hidayatullah*
          _*(Sunan Gunung Jati)*_
7. *S*   *Syaid Umar*
          _*(Sunan Muria)*_
8. *I*  *Isyhaq Ainul Yaqin* 
         _*(Sunan Giri)*_
9. *A*  *Aburahman R Syahid*
         _*(Sunan Kalijaga)*_

Jumlah huruf *INDONESIA = 9*
 sesuai dgn. jumlah Wali/Alim Ulama dikala itu = 
*WaliSongo*= *9 Wali* 
laluuuuuu...

Pernahkah  Kita Menghitung Angka dari Kata  
*"INDONESIA"*?

Akan di dapat Keajaiban yg.
*"LUAR BIASA"*, 

Mari, Kita coba Hitung :
Abjad = Urutan Angka

*I*  :   9
*N*: 14
*D* :  4
*O* : 15
*N* : 14
*E* :   5
*S* : 19
*I*  :   9
*A* :  1

Dari Semua Angka, yang Muncul Hanya
Angka  *"1-9-4-5"*  

Tdk ada angka 2,3,6,7,8

Tentu ini Bukan Kebetulan...
Ini adalah Kehendak &  Karunia dari
*"TUHAN YME"*

Mari Coba Kita Jumlahkan semua Angka dari
Kata 
*"INDONESIA"*
 Jumlahnya "90", 
Dalam *AL QURÀN,* 
Surat ke-90 
adalah 
*"Surat Al-Balad,"* 
yang Artinya 
*"NEGERI"*
 
Tentu ini Bukan Suatu
Kebetulan ini semua Karunia yang
*Luar Biasa* 
dari 
*TUHAN YME*

Mungkin ini Juga Jawaban pada 
*HADITS ROSULLULAH*
yang Mengatakan       Bahwa                                                                                      akan ada Negeri di atas Awan Bernama
Samudra.
yang di-Kelilingi Air &  menghasilkan Banyak Ulama...
Ternyata Negeri itu adalah...
*INDONESIA*- Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur

Mari kita jadikan 
*INDONESIA*
menjadi Negara yang bermartabat, berdaulat & kita wujudkan Rohmatan lil 'alaamiin...

Agar menambah pengetahuan kita ....
☝🏻🇲🇨🇲🇨🤝🏻

Apakah ini hanya kebetulan ?
 Share agar banyak Orang INDONESIA  tau.
menuju ulang tahun negriku

Dari sumber teman Facebook

Sunday, July 17, 2022

Mobil Bekas

SEMOGA KITA BISA BELAJAR DARI KISAH INI 

Seorang ayah berkata kepada anaknya : "Kamu telah lulus ujian dengan nilai terbaik , ini mobil yang ayah beli bertahun - tahun lalu. Ayah sangat mencintainya dan kini akan ayah hadiahkan kepadamu".  
Sang putra melihat mobil yang agak lusuh, terbengkalai di garasi tua.

"Tetapi sebelum ayah memberikannya kepada mu, bawalah ke toko mobil bekas dan katakan kepada mereka bahwa kamu ingin menjualnya dan lihat berapa nilai yang akan mereka tawarkan kepada mu. 
 
Anak itu pergi ke toko mobil bekas dan kembali ke ayahnya dan berkata : "Mereka menawarkan saya Rp. 18.000.000 karena mobilnya tidak terjaga dan terlihat sangat tua "

Sang ayah lalu berkata, "Coba bawa ke toko pegadaian. "Anak itu pun pergi ke toko pegadaian, lalu kembali kepada ayahnya dan berkata : "Toko itu hanya menawarkan Rp. 1.800.000 saja karena mobilnya sangat tua." 
 
Kemudian sang Ayah meminta anaknya untuk pergi ke klub mobil dan menunjukkan mobil kepada mereka. Anaknya membawa mobil ke klub, kembali dan memberi tahu ayahnya : "Beberapa orang di klub menawarkan Rp. 360.000.000 untuk itu, karena itu adalah Nissan Skyline R34 . Mobil ikonik dan dicari banyak orang . 

Sang ayah berkata kepada anaknya : " AYAH HANYA INGIN KAU TAHU, TEMPAT DAN ORANG YANG TEPAT AKAN MENILAIMU UNTUK NILAI YANG TEPAT " 

Kalau kita tidak di hargai jangan marah berarti kita salah tempat, Mereka yang benar - benar mengenali tahu cara menghargai . Jangan menunggu terlalu lama di tempat kita yang tidak di hargai . Jangan buang waktumu berurusan dengan orang yang tidak menghargaimu .

Kredit : Mohamad Faidzal via Jipilli Saikar

Pengangguran

*Pengangguran
Kalian pengangguran sekarang? Mau kerja, sudah kemana2, eh tetap tidak keterima? Atau malah, jangankan diterima, dipanggil buat test saja tidak lulus?

Maka, jangan sedih. Teman kalian banyak. Menurut data BPS bulan Februari 2022, ada 8,4 juta penduduk Indonesia yang menganggur. 

Banyak loh ini. Banget. 

Dan repotnya adalah: kita merasa sudah qualified, lulusan S1, eh ternyata kompetitor kita S2. Kita merasa sudah cumlaude, IPK bagus, eh saingan kita malah 4 IPK-nya, dan mereka dari kampus2 top. Termasuk dari LN.

Sudah lumrah sekarang, posisi2 tertentu yg dulu cukup diisi lulusan SMA atau D3, sekarang anak2 S1/S2 pun rela, sepanjang bisa kerja. Karena mendapatkan pekerjaan yg diinginkan yg bagus semakin sulit. 

Maka, jangan tanya soal kapan kalian bisa beli rumah sendiri, yang ada kolam renangnya, dll. Ngimpi jadinya.

Itulah kenyataan hidup. Kalian yg lahir tahun 90-an, berat toh? Sudah melamar kemana2, sudah capek ngirim surat lamaran, tdk dipanggil2. Nanti yg lahir 2000-an, akan semakin berat. 

Tapi jangan sedih, karena ketahuilah teman kalian banyak. Eh? Maaf, ini akan serius jawabnya. Jangan sedih. Karena:

1. Mulailah pikirkan opsi lain. Tidak selalu harus jadi pegawai kan? Bisa loh misalnya jadi pengusaha. Dagang, bikin warung, desain, dll, dsbgnya. Atau jadi petani? Itu juga bisa.

2. Pada akhirnya, orang2 yg tekun dan fokus bisa sukses. Fokus pilih bidang yg kira2 kalian kuasai. Lantas tekuni. Bisnis mulung sampah saja, atau penyedia cleaning service, kalau tekun dan fokus, bisa jadi sultan loh.

3. Tahan banting, kerja keras. Nah, ini benar2 penting. Berhentilah buang2 waktu main gadget. Duh Gusti, mau sukses, tapi kerjaan main HP melulu. Diingatkan, eh nyolot. Kitalah yang akan untung jika mulai mengurangi kegiatan mubazir. Mulailah kerja keras, terus belajar, dll

4. Terakhir, banyak2lah doa. 

Well, jika hari ini kita pengangguran, boleh jadi, 5-10 tahun lagi, kita malah yg ngasih pekerjaan ke orang lain. Kita bisa menggaji karyawan. Seru, bukan? Dan tdk perlu buru2 pamer betapa hebatnya sudah sukses. Karena ketahuilah, orang2 yg betulan sukses, dia semakin rendah hati, tidak gila pujian orang lain. 

Demikianlah.

*Tere Liye