Generasi
XYZ
Oleh
Darsono – SMK NEGERI 6 SURAKARTA
Saatnya Bertransformasi Di Era Industri 4.0
Kejadian
100 tahun yg lalu terjadi perubahan dari era Agraris ke era Industri 1.0,
banyak pengusaha kuda tutup karena industri otomotif sekarang terjadi perubahan
kembali ke era Industri 4.0. 30 tahun lalu, Surat Kabar Sinar Harapan dan
Kompas, majalah Intisari- si Kuncung -
Bobo , Radio RRI dan televisi TVRI - SCTV - RCTI - TPI adalah media informasi paling efektif. Namun,
fakta hari ini, mereka tergerus oleh YouTube, Facebook,Twitter, dan media
mainstream lainnya.
30 tahun yg lalu, kita belajar mengerjakan PR dgn mencari buku dan teman, skg dgn aplikasi internet, semua tersedia. 30 tahun yang lalu gerai Toko NAM - SHIOLA - SARINAH - BATIK KERIS - GORO - CONTINENTAL - YAO HAN - POJOK BUSANA - HERO -MATAHARi - MAKRO - RAMAYANA - CARREFOUR adalah raja dunia Retail. Fakta hari ini, banyak gerai mereka tutup dan tergantikan oleh BUKALAPAK, BERNIAGA.com, OLX, BLIBI, LAZADA, ALIBABA, Tokopedia, Shoope dan lain-lain.
10
tahun yang lalu, Supir Taxi dan OJEK
adalah profesi yg dipandang sebelah mata.
Fakta hari ini, Taxi -Ojek, banyak yg S1 bahkan S2, dgn sistem online
via GRAB dan GO-JACK . 10 tahun lalu,
dunia investasi hanyalah milik orang kaya, orang banyak duit. Fakta hari ini,
dgn Rp.500.000 setiap org, bisa membeli OBLIGASI dan Reksadana saham 10 tahun yang lalu, jika Anda tidak terbuka
pada perubahan jaman, maka hari ini Anda adalah orang yg tergilas oleh jaman. Dan jika hari ini pun Anda tidak terbuka oleh
informasi dan perubahan, Percayalah 10 tahun yang akan datang, Anda adalah
orang orang yang merugi dan ketinggalan. Perubahan dan inovasi tidak akan
pernah berhenti meski Anda berkeras untuk tidak ikut berubah.
Begitu
juga BISNIS...
Jika sekarang Anda masih nyaman kerja di perusahaan, kantor,Bank dll, percayalah 10 tahun lagi bahkan kantor Bank pun mungkin sudah tidak ada karyawannya karena saatnya nanti bakal tergantikan oleh Aplikasi yang namanya Fintech , aplikasi Alipay atau Digital Marketing Online lainnya, meski saat ini Indonesia masih perlu mengatur lebih cepat tentang dasar hukum aturan untuk menjalankan berbagai aplikasi diatas. 5-10 tahun yang akan datang, setiap orang yang mempunyai kamar kosong bisa punya Hotel sendiri karena bisa disewakan secara online.
5-10 tahun yang akan datang, tele office dan teleworker akan menjamur dan orang senang bekerja di rumahnya atau kantor dekat rumahnya untuk menghindari macet. 5-10 tahun yang akan datang, sekolah sesuai dengan permintaan tenaga kerja, kurikulum berbasis kebutuhan industri, banyak universitas tutup karena jurusannya tidak sesuai. Skg banyak Hotel mendirikan Unv. Perhotelan, Rumah Sakit membuka Unv. Keperawatan - Kedokteran, Orang hanya belajar fokus pada yang menjadi passion nya.
Sekarang
dan masa yang akan datang sudah terjadi perubahan shifting perputaran uang .
Sekarang banyak mengatakan omzet turun perputaran uang turun , tapi ternyata
banyak pelaku bisnis online yang mengatakan sekarang sedang ramai ramainya
ditandai dengan makin maraknya usaha jasa pengiriman. 5-10 tahun yang akan
datang, Anda mau jadi apa ? Dimana ? Sama siapa? Siapa yang tidak MEMPERSIAPKAN
DIRI UNTUK MASA DEPAN adalah orang yang tidak punya MASA DEPAN .
Generasi
Milenial
Sering
kita mendengar generasi milenial, generasi Alfa dan Generasi XYZ di kalangan
kita sekarang ini. Fenomena kemunculan Generasi Z dan Generasi Alfa
menggantikan masa Generasi Y atau lebih dikenal Generasi Milenial terbilang
sangat cepat. Saat ini Generasi Milenial yang berada pada usia produktif antara
usia 23-37 tahun jumlahnya berkisar 1,8 miliar di seluruh dunia. Secara gampangnya
perekonomian saat ini ada di tangan Generasi Milenial. Indikatornya Generasi
Milenial berada pada usia produktif dan dapat dilihat juga dari kemunculan
tokoh-tokoh yang mempengaruhi dunia mulai dari pendiri Facebook Mark Zuckerberg
(34 tahun), Nadiem Makarim CEO Gojek (34 tahun), William Tanuwijaya CEO
Tokopedia (37 tahun), Achmad Zaky CEO Bukalapak (32 tahun) dan berbagai kisah
sukses Generasi Milenial lainnya.
Sedangkan
Generasi Z yang lahir antara tahun 1996-2010 sedang mengenyam dunia pendidikan
mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi dan sebagian sudah mulai masuk
dunia kerja dan dunia usaha. Dengan kata lain kemajuan pesat dunia teknologi
seperti sekarang ini, Generasi Z diprediksi menjadi generasi terpelajar dan
lebih pintar jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Bahkan diprediksi
perbandingan sarjana di Generasi Z adalah 1 banding 2, sedangkan perbandingan
sarjana Generasi Milenial 1 banding 3 dan Generasi X 1 banding 4. (tirto.id)
Generasi
Alfa diisi oleh anak-anak kelahiran 2010 sampai sekarang, secara rata-rata
Generasi Alfa berada di tengah kemajuan teknologi informasi pada saat usia emas
(golden age). Maka Generasi Alfa
sudah sejak kecil akrab dengan dunia teknologi dan internet atau dikenal juga
sebagai generasi digital native tidak heran atau tidak asing. Fenomena kemunculan Generasi Z dan Generasi
Alfa di tengah kemajuan dunia teknologi informasi perlu disikapi dan mendapat
respon khususnya oleh dunia pendidikan. Sebab konsep pendidikan yang diterapkan
pada Generasi Milenial diprediksi tidak akan lagi cocok mengingat karakteristik
Generasi Z dan Generasi Alfa yang berbeda dengan Generasi Milenial.
Pola
pembelajaran dan kepemimpinan di tengah perubahan karakter dari Generasi Milenial
ke Generasi Z dan Generasi Alfa menarik untuk dikaji. Jika berkaca pada
pengalaman generasi sebelumnya dalam menjalani dunia pendidikan, menempatkan
guru sebagai sosok yang perlu dihormati dan semua perintah bahkan hukuman yang
diberikan akan diterima dan dianggap sebagai hal yang wajar. Lain halnya dengan
Generasi Z dan Generasi Alfa yang dari awal memang memiliki karakter kritis dan
berfikir lebih rasional dibandingkan generasi sebelumnya.
Karakteristik
Generasi Z
Istilah
Generasi Alfa pertama kali dikenalkan oleh Mark McCrindle seorang analis sosial
dari grup peneliti McCrindle dalam makalahnya yang berjudul Beyond Z : Meet
Generaion Alfa. Vickie S. Cook direktur eksekutif The Center For Online
Learning, Research & Service (COLRS) mengklasifikasikan paling tidak ada 3
skill yang harus dimiliki oleh generasi abad 21 yaitu technical skill,
conceptual skill dan interpersonal skill. Masih menurut Vickie, karakteristik
yang dibawa oleh Generasi Z berbeda dengan generasi sebelumnya, dimana silent
generation (1927-1945) cukup mendapat value untuk apa yang dikuasai dan
dilakukan. Sedangkan Baby Boomers (1946-1964) menginginkan penghargaan yang
bisa menunjang masa depannya seperti kenaikan pangkat dan lain sebagainya.
Generasi X (1965-1980) cenderung mengharapkan pengakuan dari pihak eksternal
tidak hanya pengakuan dari internal tempat kerja. Generasi Milenial (1981-1995)
memiliki karakter menghargai nilai kebebasan, fleksibilitas dan auotmasi.
Efeknya bisa dilihat dari fleksibiltas waktu kerja, berkerja dari rumah dan
peraturan kantor yang tidak kaku dengan konsep interior yang nyaman dan unik.
Karakteristik
Generasi Alfa
Generasi
Alfa yang dilahirkan dari orang tua milenial juga memiliki karakteristik
tersendiri. Menurut Novita Tandry seorang psikolog anak dan remaja mengatakan
mendidik Generasi Alfa berbeda dengan generasi sebelumnya, dan orang tua perlu
beradaptasi. Anak-anak Generasi Alfa yang sudah akrab dengan teknologi bahkan
sejak sebelum mereka dilahirkan memicu ketergantungan penggunaan teknologi yang
lebih tinggi. Kemajuan teknologi yang secara bersamaan membawa efek negatif dan
positif secara bersamaan. Masih menurut Novita, efek negatif ketergantungan
teknologi mengakibatkan anak-anak menjadi telat berbicara dan telat berbicara,
tidak punya skill keterampilan untuk berinteraksi dengan orang lain, kurang
percaya diri dan penghargaan diri.
Belum
ada kriteria pasti berapa usia yang tepat untuk memberikan gadget kepada
anak-anak. Namun jika melihat tindakan Steve Jobs dan Bill Gates yang baru memberikan
gadget dan teknologi pada anaknya, maka usia yang tepat memberikan gadget dan
teknologi pada anak di usia 14 tahun. Sebab usia 0-14 tahun digunakan untuk
mendidik daya juang, tatakrama, moral, kemandirian, emapati, respek, hargadiri
dan percaya diri pada anak yang semua nilai ini tidak bisa diberikan oleh
teknologi.
Pengenalan
teknologi kepada anak memang baik dilakukan sejak dini, namun orang tua
berperan penting untuk mengarahkan anak menggunakan sisi positif dan membatasi
diri dari pengaruh negatif tekologi. Pembatasan usia diperuntukan untuk
memberikan kepemilikan penuh seorang anak terhadap teknologi seperti
smartphone, laptop dan lain sebagainya. Generasi Alfa memang belum terlihat
langsung karakteristik yang dibawa, namun menurut Christine Carter seorang ahli
strategi pemasaran memprediksi Generasi Alfa akan berdampak signifikan terhadap
kondisi ekonomi dunia. Generasi Alfa yang merupakan anak dari Generasi Milenial
merasakan hidup sejahtera sejak kecil. Sehingga walaupun usianya masih belia,
Generasi Alfa menghabiskan 18 juta dollar per tahun hanya untuk memenuhi
kebutuhan pribadinya mulai makan, pakaian sampai teknologi baru yang mereka
gunakan.
Menemukan
Pola Pendidikan yang Tepat
Satu
permasalahan yang mungkin tak kunjung usai bagi pendidikan Indonesia adalah
desain kurikulum yang berubah-ubah. Saat ini masih mengacu pada kurikulum 2013,
itu artinya desain kurikulum dirumuskan 6-7 tahun yang lalu. Tentu hal ini
paradoks dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat dan berpengaruh pada karakteristik
dan cara pandang siswa di sekolah/madrasah. Penyesuaian kurikulum dan pola
pembelajaran perlu mengimbangi perkembangan seiring dengan perkembangan
teknologi yang memberikan kemudahan, praktis dan cepat penting. Penyesuaian ini
bisa memperkaya model pembelajaran yang efektif bagi Generasi Z dan Generasi
Alfa.
Penyesuaian
diperlukan pada jenis pelajaran tertentu yang sudah terbantu lewat hadirnya
teknologi, misalnya proses perhitungan yang sudah tergantikan oleh kalkulator
atau komputer. Pembelajaran lebih banyak difokuskan pada penerapan teori dalam
kehidupan sehari-hari. Jika dilihat, kemampuan eksplorasi Generasi Z melalui
teknologi sangat tinggi. Sehingga proses pembelajaran harus lebih didominasi
pada kontekstualisasi sebuah teori atau materi pelajaran. Contoh lain seperti
konten edukatif yang disajikan channel Youtube “sepulang sekolah” dengan konten
studi banding. Konten ini menyajikan teori fisika, ekonomi dan disiplin ilmu
lain yang terkesan rumit kemudian diolah dan dijelaskan dengan cara sederhana
dan mudah dipahami. Channel edukatif lain yang cocok diikuti seperti “hujan
tanda tanya”, “kok bisa”, “sains bro” dan berbagai edukatif lain di Youtube.
Pendidikan
yang link and match terhadap dunia kerja juga menjadi tujuan sekolah kejuruan.
namun faktanya tingkat pengangguran lulusan sekolah kejuruan menjadi tertinggi
dibanding dengan lulusan sekolah jenis lain. Kondisi kontradiktif ini
menunjukan bahwa pendidikan belum bisa menyesuaikan dengan kebutuhan dunia
kerja. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah angkatan kerja per
Februari 2018 tercatat 133,94 juta dan 6,87 juta di antaranya dikategorikan
sebagai pengangguran. Lulusan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) menyumbang 8,92 persen Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) atau tertinggi dibandingkan dengan tingkat pendidikan lainnya. Walaupun
angka tersebut turun 2,49 persen dibandingkan dengan Agustus 2017. (tirto.id)
Seperti
yang telah disebutkan di atas, Vickie S. Cook memprediksi tiga skill yang harus
dimiliki dalam menghadapi tantangan abad 21 yaitu technical skill, conceptual
skill dan interpersonal skill. Hal ini perlu disadari dan menjadi pijakan
penerapan pola pendidikan Generasi Z dan Generasi alfa. Tentunya agar tidak
gagap menghadapi persaingan abad 21.
Active
learning menjadi model pembelajaran menarik dengan strategi 5M (menanya,
mengamati, mencoba, menalar, mengkomunikasi). Karakteristik Generasi Z yang
diprediksi memiliki multitasking membutuhkan kesempatan dan media aktualisasi
diri. Termasuk dalam hal pendampingan
Generasi Z, menurut penelitian konseling untuk Generasi Z yang disusun Caraka
Putra Bhakti dan Nindiya Eka Safitri menunjukan bahwa teknik konseling yang
tepat diskusi, FGD, problem solving dan simulation games, serta adanya layanan
e-counseling atau cyber counseling. Dan penggunaan media audio visual juga
berpengaruh penting pada kelancaran program konseling.
Peran Guru di Tengah
Generasi Z dan Generasi Alfa
Pendidikan
yang ideal dimana guru dapat mentransfer ilmu pengetahuan kepada anak didiknya
di dalam lingkungan sekolah. Tantangan menjadi seorang guru bagi Generasi Z dan
Generasi Alfa terbilang cukup berat karena guru mempengaruhi keberhasilan
sebuah pendidikan dan menjadi contoh bagi anak didiknya. Peran guru dalam
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga target pembelajaran
dapat tercapai yang fokus pada unit of inquiry, keterampilan soft skill dalam
kerja kelompok serta dapat berfikir secara kritis. Unit of Inqury merupakan
sebuah proses untuk menyelidiki suatu masalah atau kasus. Sekolah yang
menerapkan kurikulum unit of inquiry dengan mudah mengarahkan anak didiknya
serta diharapkan dapat menyelesaikan sebuah kasus atau masalah dengan cara
pandang yang kreatif.
Kemampuan
berfikir kreatif diharapakan dapat melihat suatu masalah dari perspective yang
berbeda. Konten materi pendidikan di sekolah perlu diimbangi dengan
keterampilan soft skill sehingga melahirkan anak didik yang siap untuk
menghadapi persaingan di luar sekolah. Soft skill terbagi menjadi dua kategori
yaitu intrapersonal dan interpersonal. Intrapersonal skill meliputi
self-awareness (kepercayaan diri, kesadaran emosional) dan self-skill (control
diri, manajemen waktu). Sementara itu interpersonal meliputi social awareness
(kerjasama kelompok, empati, komunikasi, kepemimpinan, manajemen konflik).
Perubahan
karakteristik antar generasi juga perlu disikapi terbuka oleh guru. Guru harus
mampu menerima perubahan dan beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Sehingga
relasi guru dan siswa bisa terjalin dengan baik dan saling melengkapi dan memberi
perubahan berarti bagi dunia. Malala Yousafzai pernah berkata “one child, one
teacher, one pen and one book can change the world”.
Pembelajaran abad 21 secara
sederhana diartikan sebagai pembelajaran yang memberikan kecakapan abad 21
kepada peserta didik, yaitu 4C yang meliputi: (1) Communication (2)
Collaboration, (3) Critical Thinking and problem solving, dan (4) Creative and
Innovative. Berdasarkan Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Krathwoll dan
Anderson, kemampuan yang perlu dicapai siswa bukan hanya LOTS (Lower Order
Thinking Skills) yaitu C1 (mengetahui) dan C-2 (memahami), MOTS (Middle
Order Thinking Skills) yaitu C3 (mengaplikasikan) dan C-4 (mengalisis),
tetapi juga harus ada peningkatan sampai HOTS (Higher Order Thinking Skills),
yaitu C-5 (mengevaluasi), dan C-6 (mengkreasi).
Penerapan pendekatan saintifik,
pembelajaran abad 21 (4C), HOTS, dan integrasi literasi dan PPK dalam
pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam rangka menjawab
tantangan, baik tantangan internal dalam rangka mencapai 8 (delapan) SNP dan
tantangan eksternal, yaitu globalisasi. Dalam kerangka pendidikan abad 21
menurut enGauge 21st Century Skills, keterampilan digital-age literacy
merupakan salah satu domain utama yang perlu mendapatkan perhatian di dunia
pendidikan saat ini. Domain ini mencakup 8 aspek, yakni: basic, scientific,
information, visual, technological, multicultural, dan global awareness.
Mengajarkan peserta didik dengan keterampilan abad 21 seperti domain digitalage
literacy menjadi salah satu cara menanggulangi kesalahan penyerapan informasi.
Siswa akan diajarkan bagaimana memilih dan memilah informasi yang tepat dari
sumber-sumber informasi yang valid dan reliable.
Kesimpulan
Kita sudah berada di abad 21 dg Revolusi Industri
4.0 yg harus disiapkan adalah generasi yg BER-AKLAKUL KARIMAH dg Kompetensi 4K
KRITIS, KREATIF, KOMUNIKATIF DAN KOLABORATIF serta dituntut LITERASI : literasi
BACA, BUDAYA, TEKNOLOGI DAN KEUANGAN
Berubahlah mindset “MENJADI APA KAMU DI MASA
DEPAN ?” tetapi “ MEMBUAT APA KAMU DI MASA DEPAN? “
Jadilah diri sendiri, bukan jadi orang lain
dengan matangkan SKILL dan hobby, cari ilmu serat social experience yang tepat
Fokus pada tujuan hidup (sejahtera dunia akhirat)
jangan pedulikan omongan orang, jika itu benar.
Sumber : Telah ditulis penulis dalam buku berjudul The Spirit of 2020