Powered by Blogger.

Saturday, August 14, 2021

Generasi XYZ

Generasi XYZ

Oleh Darsono – SMK NEGERI 6 SURAKARTA

 


Saatnya Bertransformasi Di Era Industri 4.0

Kejadian 100 tahun yg lalu terjadi perubahan dari era Agraris ke era Industri 1.0, banyak pengusaha kuda tutup karena industri otomotif sekarang terjadi perubahan kembali ke era Industri 4.0. 30 tahun lalu, Surat Kabar Sinar Harapan dan Kompas,  majalah Intisari- si Kuncung - Bobo , Radio RRI dan televisi TVRI - SCTV - RCTI - TPI  adalah media informasi paling efektif. Namun, fakta hari ini, mereka tergerus oleh YouTube, Facebook,Twitter, dan media mainstream lainnya.

30 tahun yg lalu, kita belajar mengerjakan PR dgn mencari buku dan teman, skg dgn aplikasi internet, semua tersedia. 30 tahun yang lalu gerai Toko NAM - SHIOLA - SARINAH - BATIK KERIS - GORO -  CONTINENTAL - YAO HAN - POJOK BUSANA - HERO -MATAHARi - MAKRO -  RAMAYANA -  CARREFOUR adalah raja dunia Retail.  Fakta hari ini, banyak gerai mereka  tutup dan tergantikan oleh BUKALAPAK, BERNIAGA.com, OLX, BLIBI, LAZADA,  ALIBABA,  Tokopedia, Shoope dan lain-lain.



10 tahun yang lalu, Supir Taxi dan  OJEK adalah profesi yg dipandang sebelah mata.  Fakta hari ini, Taxi -Ojek, banyak yg S1 bahkan S2, dgn sistem online via GRAB  dan GO-JACK . 10 tahun lalu, dunia investasi hanyalah milik orang kaya, orang banyak duit. Fakta hari ini, dgn Rp.500.000 setiap org, bisa membeli OBLIGASI dan  Reksadana saham  10 tahun yang lalu, jika Anda tidak terbuka pada perubahan jaman, maka hari ini Anda adalah orang yg tergilas oleh jaman.  Dan jika hari ini pun Anda tidak terbuka oleh informasi dan perubahan, Percayalah 10 tahun yang akan datang, Anda adalah orang orang yang merugi dan ketinggalan. Perubahan dan inovasi tidak akan pernah berhenti meski Anda berkeras untuk tidak ikut berubah.

 

Begitu juga BISNIS...

Jika sekarang Anda masih nyaman kerja di perusahaan, kantor,Bank dll, percayalah 10 tahun lagi bahkan kantor Bank pun mungkin sudah tidak ada karyawannya karena saatnya nanti bakal tergantikan oleh Aplikasi yang namanya Fintech , aplikasi Alipay atau Digital Marketing Online lainnya, meski saat ini Indonesia masih perlu mengatur lebih cepat tentang dasar hukum aturan untuk menjalankan berbagai aplikasi diatas. 5-10 tahun yang akan datang, setiap orang yang mempunyai kamar kosong bisa punya Hotel sendiri karena bisa disewakan secara online.

5-10 tahun yang akan datang, tele office dan teleworker akan menjamur dan orang senang bekerja di rumahnya atau kantor dekat rumahnya untuk menghindari macet. 5-10 tahun yang akan datang, sekolah  sesuai dengan permintaan tenaga kerja, kurikulum berbasis kebutuhan industri, banyak universitas tutup karena jurusannya tidak sesuai. Skg banyak Hotel mendirikan Unv. Perhotelan,  Rumah Sakit membuka Unv. Keperawatan - Kedokteran,  Orang hanya belajar fokus pada yang menjadi passion nya.

Sekarang dan masa yang akan datang sudah terjadi perubahan shifting perputaran uang . Sekarang banyak mengatakan omzet turun perputaran uang turun , tapi ternyata banyak pelaku bisnis online yang mengatakan sekarang sedang ramai ramainya ditandai dengan makin maraknya usaha jasa pengiriman. 5-10 tahun yang akan datang, Anda mau jadi apa ? Dimana ? Sama siapa? Siapa yang tidak MEMPERSIAPKAN DIRI UNTUK MASA DEPAN adalah orang yang tidak punya MASA DEPAN .

 

 

Generasi Milenial

 

Sering kita mendengar generasi milenial, generasi Alfa dan Generasi XYZ di kalangan kita sekarang ini. Fenomena kemunculan Generasi Z dan Generasi Alfa menggantikan masa Generasi Y atau lebih dikenal Generasi Milenial terbilang sangat cepat. Saat ini Generasi Milenial yang berada pada usia produktif antara usia 23-37 tahun jumlahnya berkisar 1,8 miliar di seluruh dunia. Secara gampangnya perekonomian saat ini ada di tangan Generasi Milenial. Indikatornya Generasi Milenial berada pada usia produktif dan dapat dilihat juga dari kemunculan tokoh-tokoh yang mempengaruhi dunia mulai dari pendiri Facebook Mark Zuckerberg (34 tahun), Nadiem Makarim CEO Gojek (34 tahun), William Tanuwijaya CEO Tokopedia (37 tahun), Achmad Zaky CEO Bukalapak (32 tahun) dan berbagai kisah sukses Generasi Milenial lainnya.

Sedangkan Generasi Z yang lahir antara tahun 1996-2010 sedang mengenyam dunia pendidikan mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi dan sebagian sudah mulai masuk dunia kerja dan dunia usaha. Dengan kata lain kemajuan pesat dunia teknologi seperti sekarang ini, Generasi Z diprediksi menjadi generasi terpelajar dan lebih pintar jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Bahkan diprediksi perbandingan sarjana di Generasi Z adalah 1 banding 2, sedangkan perbandingan sarjana Generasi Milenial 1 banding 3 dan Generasi X 1 banding 4. (tirto.id)

Generasi Alfa diisi oleh anak-anak kelahiran 2010 sampai sekarang, secara rata-rata Generasi Alfa berada di tengah kemajuan teknologi informasi pada saat usia emas (golden age). Maka Generasi Alfa sudah sejak kecil akrab dengan dunia teknologi dan internet atau dikenal juga sebagai generasi digital native tidak heran atau tidak asing.   Fenomena kemunculan Generasi Z dan Generasi Alfa di tengah kemajuan dunia teknologi informasi perlu disikapi dan mendapat respon khususnya oleh dunia pendidikan. Sebab konsep pendidikan yang diterapkan pada Generasi Milenial diprediksi tidak akan lagi cocok mengingat karakteristik Generasi Z dan Generasi Alfa yang berbeda dengan Generasi Milenial.

Pola pembelajaran dan kepemimpinan di tengah perubahan karakter dari Generasi Milenial ke Generasi Z dan Generasi Alfa menarik untuk dikaji. Jika berkaca pada pengalaman generasi sebelumnya dalam menjalani dunia pendidikan, menempatkan guru sebagai sosok yang perlu dihormati dan semua perintah bahkan hukuman yang diberikan akan diterima dan dianggap sebagai hal yang wajar. Lain halnya dengan Generasi Z dan Generasi Alfa yang dari awal memang memiliki karakter kritis dan berfikir lebih rasional dibandingkan generasi sebelumnya.

 

Karakteristik Generasi Z



Istilah Generasi Alfa pertama kali dikenalkan oleh Mark McCrindle seorang analis sosial dari grup peneliti McCrindle dalam makalahnya yang berjudul Beyond Z : Meet Generaion Alfa. Vickie S. Cook direktur eksekutif The Center For Online Learning, Research & Service (COLRS) mengklasifikasikan paling tidak ada 3 skill yang harus dimiliki oleh generasi abad 21 yaitu technical skill, conceptual skill dan interpersonal skill. Masih menurut Vickie, karakteristik yang dibawa oleh Generasi Z berbeda dengan generasi sebelumnya, dimana silent generation (1927-1945) cukup mendapat value untuk apa yang dikuasai dan dilakukan. Sedangkan Baby Boomers (1946-1964) menginginkan penghargaan yang bisa menunjang masa depannya seperti kenaikan pangkat dan lain sebagainya. Generasi X (1965-1980) cenderung mengharapkan pengakuan dari pihak eksternal tidak hanya pengakuan dari internal tempat kerja. Generasi Milenial (1981-1995) memiliki karakter menghargai nilai kebebasan, fleksibilitas dan auotmasi. Efeknya bisa dilihat dari fleksibiltas waktu kerja, berkerja dari rumah dan peraturan kantor yang tidak kaku dengan konsep interior yang nyaman dan unik.

 Sumber : telah ditulis penulis dalam sebuah buku yang berjudul The Spirit of 2020

Antrologi Pegiat Literasi Nusantara

 

 

 

Karakteristik Generasi Alfa

Generasi Alfa yang dilahirkan dari orang tua milenial juga memiliki karakteristik tersendiri. Menurut Novita Tandry seorang psikolog anak dan remaja mengatakan mendidik Generasi Alfa berbeda dengan generasi sebelumnya, dan orang tua perlu beradaptasi. Anak-anak Generasi Alfa yang sudah akrab dengan teknologi bahkan sejak sebelum mereka dilahirkan memicu ketergantungan penggunaan teknologi yang lebih tinggi. Kemajuan teknologi yang secara bersamaan membawa efek negatif dan positif secara bersamaan. Masih menurut Novita, efek negatif ketergantungan teknologi mengakibatkan anak-anak menjadi telat berbicara dan telat berbicara, tidak punya skill keterampilan untuk berinteraksi dengan orang lain, kurang percaya diri dan penghargaan diri.

Belum ada kriteria pasti berapa usia yang tepat untuk memberikan gadget kepada anak-anak. Namun jika melihat tindakan Steve Jobs dan Bill Gates yang baru memberikan gadget dan teknologi pada anaknya, maka usia yang tepat memberikan gadget dan teknologi pada anak di usia 14 tahun. Sebab usia 0-14 tahun digunakan untuk mendidik daya juang, tatakrama, moral, kemandirian, emapati, respek, hargadiri dan percaya diri pada anak yang semua nilai ini tidak bisa diberikan oleh teknologi.

Pengenalan teknologi kepada anak memang baik dilakukan sejak dini, namun orang tua berperan penting untuk mengarahkan anak menggunakan sisi positif dan membatasi diri dari pengaruh negatif tekologi. Pembatasan usia diperuntukan untuk memberikan kepemilikan penuh seorang anak terhadap teknologi seperti smartphone, laptop dan lain sebagainya. Generasi Alfa memang belum terlihat langsung karakteristik yang dibawa, namun menurut Christine Carter seorang ahli strategi pemasaran memprediksi Generasi Alfa akan berdampak signifikan terhadap kondisi ekonomi dunia. Generasi Alfa yang merupakan anak dari Generasi Milenial merasakan hidup sejahtera sejak kecil. Sehingga walaupun usianya masih belia, Generasi Alfa menghabiskan 18 juta dollar per tahun hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadinya mulai makan, pakaian sampai teknologi baru yang mereka gunakan.

 

Menemukan Pola Pendidikan yang Tepat

Satu permasalahan yang mungkin tak kunjung usai bagi pendidikan Indonesia adalah desain kurikulum yang berubah-ubah. Saat ini masih mengacu pada kurikulum 2013, itu artinya desain kurikulum dirumuskan 6-7 tahun yang lalu. Tentu hal ini paradoks dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat dan berpengaruh pada karakteristik dan cara pandang siswa di sekolah/madrasah. Penyesuaian kurikulum dan pola pembelajaran perlu mengimbangi perkembangan seiring dengan perkembangan teknologi yang memberikan kemudahan, praktis dan cepat penting. Penyesuaian ini bisa memperkaya model pembelajaran yang efektif bagi Generasi Z dan Generasi Alfa.

Penyesuaian diperlukan pada jenis pelajaran tertentu yang sudah terbantu lewat hadirnya teknologi, misalnya proses perhitungan yang sudah tergantikan oleh kalkulator atau komputer. Pembelajaran lebih banyak difokuskan pada penerapan teori dalam kehidupan sehari-hari. Jika dilihat, kemampuan eksplorasi Generasi Z melalui teknologi sangat tinggi. Sehingga proses pembelajaran harus lebih didominasi pada kontekstualisasi sebuah teori atau materi pelajaran. Contoh lain seperti konten edukatif yang disajikan channel Youtube “sepulang sekolah” dengan konten studi banding. Konten ini menyajikan teori fisika, ekonomi dan disiplin ilmu lain yang terkesan rumit kemudian diolah dan dijelaskan dengan cara sederhana dan mudah dipahami. Channel edukatif lain yang cocok diikuti seperti “hujan tanda tanya”, “kok bisa”, “sains bro” dan berbagai edukatif lain di Youtube.

Pendidikan yang link and match terhadap dunia kerja juga menjadi tujuan sekolah kejuruan. namun faktanya tingkat pengangguran lulusan sekolah kejuruan menjadi tertinggi dibanding dengan lulusan sekolah jenis lain. Kondisi kontradiktif ini menunjukan bahwa pendidikan belum bisa menyesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah angkatan kerja per Februari 2018 tercatat 133,94 juta dan 6,87 juta di antaranya dikategorikan sebagai pengangguran.  Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menyumbang 8,92 persen Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) atau tertinggi dibandingkan dengan tingkat pendidikan lainnya. Walaupun angka tersebut turun 2,49 persen dibandingkan dengan Agustus 2017. (tirto.id)

Seperti yang telah disebutkan di atas, Vickie S. Cook memprediksi tiga skill yang harus dimiliki dalam menghadapi tantangan abad 21 yaitu technical skill, conceptual skill dan interpersonal skill. Hal ini perlu disadari dan menjadi pijakan penerapan pola pendidikan Generasi Z dan Generasi alfa. Tentunya agar tidak gagap menghadapi persaingan abad 21.

Active learning menjadi model pembelajaran menarik dengan strategi 5M (menanya, mengamati, mencoba, menalar, mengkomunikasi). Karakteristik Generasi Z yang diprediksi memiliki multitasking membutuhkan kesempatan dan media aktualisasi diri.  Termasuk dalam hal pendampingan Generasi Z, menurut penelitian konseling untuk Generasi Z yang disusun Caraka Putra Bhakti dan Nindiya Eka Safitri menunjukan bahwa teknik konseling yang tepat diskusi, FGD, problem solving dan simulation games, serta adanya layanan e-counseling atau cyber counseling. Dan penggunaan media audio visual juga berpengaruh penting pada kelancaran program konseling.

 

 

 

Peran Guru di Tengah Generasi Z dan Generasi Alfa

 

Pendidikan yang ideal dimana guru dapat mentransfer ilmu pengetahuan kepada anak didiknya di dalam lingkungan sekolah. Tantangan menjadi seorang guru bagi Generasi Z dan Generasi Alfa terbilang cukup berat karena guru mempengaruhi keberhasilan sebuah pendidikan dan menjadi contoh bagi anak didiknya. Peran guru dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga target pembelajaran dapat tercapai yang fokus pada unit of inquiry, keterampilan soft skill dalam kerja kelompok serta dapat berfikir secara kritis. Unit of Inqury merupakan sebuah proses untuk menyelidiki suatu masalah atau kasus. Sekolah yang menerapkan kurikulum unit of inquiry dengan mudah mengarahkan anak didiknya serta diharapkan dapat menyelesaikan sebuah kasus atau masalah dengan cara pandang yang kreatif.

Kemampuan berfikir kreatif diharapakan dapat melihat suatu masalah dari perspective yang berbeda. Konten materi pendidikan di sekolah perlu diimbangi dengan keterampilan soft skill sehingga melahirkan anak didik yang siap untuk menghadapi persaingan di luar sekolah. Soft skill terbagi menjadi dua kategori yaitu intrapersonal dan interpersonal. Intrapersonal skill meliputi self-awareness (kepercayaan diri, kesadaran emosional) dan self-skill (control diri, manajemen waktu). Sementara itu interpersonal meliputi social awareness (kerjasama kelompok, empati, komunikasi, kepemimpinan, manajemen konflik).

Perubahan karakteristik antar generasi juga perlu disikapi terbuka oleh guru. Guru harus mampu menerima perubahan dan beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Sehingga relasi guru dan siswa bisa terjalin dengan baik dan saling melengkapi dan memberi perubahan berarti bagi dunia. Malala Yousafzai pernah berkata “one child, one teacher, one pen and one book can change the world”.

Pembelajaran abad 21 secara sederhana diartikan sebagai pembelajaran yang memberikan kecakapan abad 21 kepada peserta didik, yaitu 4C yang meliputi: (1) Communication (2) Collaboration, (3) Critical Thinking and problem solving, dan (4) Creative and Innovative. Berdasarkan Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Krathwoll dan Anderson, kemampuan yang perlu dicapai siswa bukan hanya LOTS (Lower Order Thinking Skills) yaitu C1 (mengetahui) dan C-2 (memahami), MOTS (Middle  Order Thinking Skills) yaitu C3 (mengaplikasikan) dan C-4 (mengalisis), tetapi juga harus ada peningkatan sampai HOTS (Higher Order Thinking Skills), yaitu C-5 (mengevaluasi), dan C-6 (mengkreasi).

Penerapan pendekatan saintifik, pembelajaran abad 21 (4C), HOTS, dan integrasi literasi dan PPK dalam pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam rangka menjawab tantangan, baik tantangan internal dalam rangka mencapai 8 (delapan) SNP dan tantangan eksternal, yaitu globalisasi. Dalam kerangka pendidikan abad 21 menurut enGauge 21st Century Skills, keterampilan digital-age literacy merupakan salah satu domain utama yang perlu mendapatkan perhatian di dunia pendidikan saat ini. Domain ini mencakup 8 aspek, yakni: basic, scientific, information, visual, technological, multicultural, dan global awareness. Mengajarkan peserta didik dengan keterampilan abad 21 seperti domain digitalage literacy menjadi salah satu cara menanggulangi kesalahan penyerapan informasi. Siswa akan diajarkan bagaimana memilih dan memilah informasi yang tepat dari sumber-sumber informasi yang valid dan reliable.

Kesimpulan

Kita sudah berada di abad 21 dg Revolusi Industri 4.0 yg harus disiapkan adalah generasi yg BER-AKLAKUL KARIMAH dg Kompetensi 4K KRITIS, KREATIF, KOMUNIKATIF DAN KOLABORATIF serta dituntut LITERASI : literasi BACA, BUDAYA, TEKNOLOGI DAN KEUANGAN

Berubahlah mindset “MENJADI APA KAMU DI MASA DEPAN ?” tetapi “ MEMBUAT APA KAMU DI MASA DEPAN? “

Jadilah diri sendiri, bukan jadi orang lain dengan matangkan SKILL dan hobby, cari ilmu serat social experience yang tepat

Fokus pada tujuan hidup (sejahtera dunia akhirat) jangan pedulikan omongan orang, jika itu benar.

 

Sumber : Telah ditulis penulis dalam buku berjudul The Spirit of 2020