Powered by Blogger.

Peserta CGP Angkatan 4 Kota Surakarta

Calon Guru Penggerak Mengikuti Lokakarya 3 di Hotel Royal Herritage Solo

Mural Untuk Solo Bangkit

Tergerak, Bergerak, Menggerakkan

Pengelolaan Kelas Daring di SMK N 6 Surakarta

Selama masa pandemi pembelajaran hanya bisa secara daring guru dituntut bisa menggunakan aplikasi meeting.

Kangguru Mas Guru

Filosofi Semar pada Pewayangan Jawa yang ngemong, momong dan tut wuri handayani .

Foto Section CGP angkatan 4 Kota Surakarta

Berlangsung di Lokakarya 3 - Hotel Royal Herritage Solo.

Foto Section CGP angkatan 4 Kota Surakarta

Berlangsung di Lokakarya 3 - Hotel Royal Herritage Solo.

Saturday, April 30, 2022

Jurnal Minggu ke -8 Penerapan Budaya Positif

 JURNAL MINGGU KE-8

CGP ANGKATAN 04 KOTA SURAKARTA

BUDAYA POSITIF

Model 4: (Papan cerita reflektif - Reflective Storyboard)

Perjalanan Pendidikan Guru Penggerak angkatan 4 Kota Surakarta telah memasuki minggu ke 8, maka dalam jurnal mingguan ini saya ingin mengetengahkan Model 4 yakni papan cerita storyboard pada Budaya Positif (Keyakinan Kelas, Posisi Kontrol dan Restitusi).

Adapun Refleksi Terbimbing : PERTANYAAN REFLEKSI 4 P YANG PERLU DIJAWAB

* Peristiwa-peristiwa apa saja yang terjadi dalam diskusi?

* Perasaan apa yang muncul saat proses pembelajaran?

* Pembelajaran apa saja yang diperoleh melalui Keyakinan Kelas, Posisi Kontrol dan Restitusi

* Jika saya ingin membuat perubahan dengan konsep inkuiri apresiatif: Apa saja yang

perlu saya pelajari lebih lanjut? Apa saja strategi yang dilakukan untuk melaksanakan

perubahan?

GAMBAR 1-Ilustrasi Modul 1.4

Sub Materi : Budaya Positif

GAMBAR 2

Diskusi Kecil Kasus Per Kasus


DODok. dokpri

dokpri

Saya masih belajar modul 1.4 yaitu tentang budaya positif 1.4.a.2. Pendahuluan Lesson,

1.4.a.3. Mulai dari diri - Budaya Positif dan 1.4.a.4. Eksplorasi Konsep - Budaya Positif

Ada beberapa pertanyaan penting yg harus dijawab CGP 04 meliputi :

  • Apa urgensi dari menciptakan suasana positif di lingkungan sekolah Anda?

Bagaimana Anda sendiri sebagai seorang pendidik dapat menciptakan suasana positif di lingkungan sekolah Anda selama ini?

Apa hubungan antara menciptakan suasana yang positif dengan proses pembelajaran yang berpihak pada murid?

Bagaimana penerapan disiplin saat ini di sekolah Anda, apakah sudah diterapkan dengan efektif, bila belum, apa yang menurut Anda masih perlu dikembangkan?

Selanjutnya Anda dapat melakukan refleksi terhadap bagaimana kita dapat menciptakan sebuah budaya positif.

Apa saja harapan-harapan yang ingin Anda lihat berkembang pada diri Anda, sebagai seorang pendidik setelah mempelajari modul ini?

Apa saja harapan-harapan yang ingin Anda lihat berkembang pada murid-murid Anda setelah mempelajari modul ini?

Apa saja kegiatan, materi, manfaat yang Anda harapkan ada dalam modul ini?


Pembelajaran apa saja yang diperoleh melalui Keyakinan Kelas, Posisi Kontrol dan Restitusi ?

Dalam pergaulan ada keyakinan/kesepakatan terkadang keyakinan kelas itu dilanggar oleh pelaku di dalamnya, oleh karena kita hidup di masyarakat diperlukan perbaikan hubungan dengan restituti. Peranan posisi kontrol ini dilakukan oleh pemuka/ketua/kepala sekolah/guru pengampu agar restitusi berjalan. Itulah pembelaran yang kami peroleh saat ini dimana posisi kontrol kita sebagai manager, penghukum, teman, pemantau dapat dioptimalkan.

Ruang Kolaborasi menyelesaikan studi kasus tentang Fifi dan Natali bersama guru Eni dan Guru Santi menggunakan budaya positif yakni keyakinan kelas, restitusi dan posisi kontrol.

Adapun materi 1.4 yang sudah dipelajari adalah :

1.4.a.5. Ruang Kolaborasi - Kerja KelompokGoogle Meet for Moodle

  • Ruang Kolaborasi Modul 1.4 Budaya PositifURLTop of Form
  • Ruang Kolaborasi Modul 1.4 Budaya Positif kelas IURL


Dalam ruang kolaborasi dilakukan pembagian 4 group (group 1-4) terdiri dari 3-4 orang CGP oleh ibu Diany Rise selaku fasilitator. Masing-masing group mendapatkan 1 Kasus.

Peristiwa-peristiwa apa saja yang terjadi dalam diskusi?

Dalam diskusi kecil kelompok 1 mengangkat Kasus 1 yakni kasus Fifi dan Natali yang mencuekin guru pengganti bu Santi bernama bu Eni, kasus berlanjut hingga mereka harus mengatur restitusi perbaikan berupa permintaan maaf dan tidak mengulangi lagi kesalahan serta berbuat baik kepada guru pengganti.

Dalam diskusi disepakati bahwa kasus Fifi murni karena kesalahan pribadi mereka atas keyakinan kelas yang dilanggarnya.


GAMBAR 3-Presentasi Kasus 1-4 Pada Modul 1.4 Budaya Positif

GAMBAR 4

Pendampingan dan Sosialisasi E-Raport



dokpri

dokpri

dokpri

Senin, 13 Desember 2021 kami melakukan presentasi kelompok, yang kami tampilkan adalah kasus 1 yakni Fifi dan Natali yang cuek pada kelasnya bu Eni Guru Matematika.

Dalam kasus Fifi dan Natali telah melakukan restitusi diri membuat keyakinan kelas baru agar ditaati oleh kelas dan mereka meminta maaf.


Perasaan apa yang muncul saat proses pembelajaran?

Saya merasa mendapatkan asupan vitamin baru bernama keyakinan kelas, posisi kontrol dan restitusi kepada murid dan tentunya warga sekolah.

Saya merasakan manfaat yang besar mengenali, memahami dan mencoba menerapkan dalam kepemimpinan pembelajaran ini menggunakan pendekatan posisi kontrol, restitusi dan budaya positif berkembang di sekolah.

Jika saya ingin membuat perubahan dengan Posisi Kontrol  Apa saja yang  perlu saya pelajari lebih lanjut?

Pada Aksi nyata kali ini saya melakukan PENDAMPINGAN ADMINISTRATOR E-RAPORT bersama guru staf Waka Kurikulum SMK N 6 Surakarta.

Dalam rangka persiapan entry data penilaian e-raport kami melakukan pendampingan admin menyiapkan atribut (siswa, mapel, guru dan relasi mapel) di laman http://smkn6.sipkur.net

Mode tatap muka langsung di ruang Vicon bersama 6 orang admin.


Apa saja strategi yang dilakukan untuk melaksanakan

perubahan?

Pada hari Senin, 13 Desember 2021 kami mengadakan Sosialisasi dan Penyegaran E-Raport kepada seluruh siswa kelas X secara daring, Acara dimaksudkan untuk menjelaskan ttg E-raport dan pengisian biodata siswa secara mandiri dan akuntable.

Selama beberapa tahun pengisian e-raport dari siswa dihandle oleh admin di kelas dengan pendampingan dari wali kelas. Pada kenyataannya masih banyak wali kelas dan siswa salah mengisi biodata mis. Entry tanggal lahir, entry tanggal masuk sekolah dan lain-lain.

Kali ini kita ubah dengan pendekatan kemandirian siswa melalui pendampingan secara daring. Budaya positifnya adalah siswa bertanggung jawab atas datanya sendiri dan wali kelas sebagai verifikator dan fasilisator e --raport.

Pada hari itu juga siswa diberi waktu bertanya, dan admin langsung mendemontrasikan isian dari akun siswa.


 


Tuesday, April 26, 2022

3.1.a.10. Aksi Nyata Pengambilan Keputusan pada Youtuber BrotaViska (Bagian 3)

Fakta / Peristiwa :

Ulasan Kasus Youtuber : Brota Viska adalah Chanel baru yang diangkat oleh guru-guru (PFPT) / Broadcasting sebagai channel hiburan / guyonan di Youtube yang baru saja mengudara beberapa bulan lalu sudah mendapatkan viewer dan subscriber yang lumayan dan viral di kota Solo.  Semua ini atas kerja keras tim dan dukungan kepala sekolah dan seluruh warga sekolah dalam meng-like dan subcribe Channel tersebut. Namun dalam rapat dinas beberapa guru menyampaikan masukan bahwa kontennya masih berbahasa Jawa sarkastik belum nilai edukasinya dan cenderung hanya guyonan.  Dalam hal ini kru mengalami dilema apakah masih bertahan pada aksi kocak namun tidak mengangkat tema pendidikan atau berganti dengan mengangkat tema umum. Kepala sekolah didesak untuk meninjau ulang konten-konten Youtube Mbah Sentot yang masih membawa akses-akses Bahasa Jawa Ngoko yang sarkastik. Dalam hal ini Kru / Pemain mengalami dilema apakah mengganti konten apakah melanjutkan tayangan jika tetep ditayangkan seharusnya membawa misi-misi pendidikan, jika tidak ditayangkan mematikan kreativitas pemain atau mungkin membuat "nglokro" /down sang pemain dan kru.

Yang mendorong saya dan beberapa guru memberi masukan pada saat Rapat Dinas tanggal  25 April 2022 agar Youtube yang disiarkan membawa nilai pesan edukasi, pesan mendidik walau disampaikan dengan guyonan namun pesannya tetap tersampaikan. Karena ini menyangkut etika guru dihadapan publik dan menjadi tanggung jawab kita semua menegakkan nilai-nilai moral, etika dalam pergaulan.

Feelings / Perasaan :

Merasa berada dalam bagian sekolah jika sekolah terjadi hal yang tidak diinginkan, saya merasa tidak rela dan ingin melibatkan diri semampunya untuk memberikan kebaikan agar sekolah menjadi makin dikenang, makin bermutu, berkarakter dan dijadikan contoh sekolah lain.

" Jika untuk sekolah, menuju kebaikan kita harus "sengkunyung" (gotong royong) karena itu rumah kita, sawah ladang kita dan martabat kita" demikian pernyataan dari Bapak Sofwan yang diamini oleh Kepala Sekolah.

Pembelajaran / Findings :

Pelajaran yang dapat diambil adalah dengan menerapkan 4 paradigma 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan (4-3-9) maka masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Bahwa baik pemain, guru, kepala sekolah dan seluruh warga sekolah memiliki tanggung jawab atas buruk baiknya sekolah dan menjadi tanggung jawab bersama untuk mengamankan dan meningkatkannya. Bahwa setiap tindakan, ucapan dan perbuatan ada konsekuensi yang mengikutinya oleh sebab itu setiap keputusan perlu berdasarkan rasa tanggung jawab dan nilai kebaikan universal dan berpihak pada murid. Bahwa pendidikan karakter merupakan arah kebijakan pemerintah yang wajib diajarkan pada murid maka berikan contoh baik pada murid agar bisa meniru kebaikannya.

Berikut adalah analisis kasusnya :

a.    Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?

Nilai-nilai yang bertentangan yang dihadapi Kepala Sekolah adalah individual lawan masyarakat dan 

Jangka Pendek lawan  jangka panjang.

b.   Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut ?

Kepala Sekolah, pemain (talent) dan kru film.

c.    Apa fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut ?

Sesuatu harapan dan mimpi kepala sekolah bahwa Mbah Sentot dalam youtubenya diminta mengemas cerita dengan guyonan ala Den Bagus ing Ngarso, sudah memasuki episode ketiga, berharap youtubenya mendatangkan viewer, subscribe dan like hingga mendapatkan monetisasi.

d.   Mari kita lakukan pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut.

  • Uji legal : Tidak ada pelanggaran hukum yang terjadi
  • Uji regulasi : Tidak ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi, konten guyonan tidak ada pasal yang dilanggar.
  • Uji intuisi : Tidak ada yang salah. Aksi guyonan / candaan di dalam konten Youtube adalah hal yang biasa dan bisa menjadi ikon tersendiri.
  • Uji Publikasi : Apabila keputusan saya tersebut dipublikasikan di halaman depan koran yang bersangkutan  merasa nyaman
  • Uji Panutan : Keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola saya dalam situasi ini adalah memberi masukan pada pihak sekolah agar konten Youtube diperbaiki tidak hanya berguyon waton namun memasukkan unsur edukasi dengan bahasa Jawa yang ngoko halus (tidak kasar) dan diberi tulisan bahasa Indonesia.

e.    Paradigma  yang terjadi pada situasi adalah Jangka pendek lawan jangka panjang.

f.     Dari 3 prinsip penyelesaian pada kasus ini adalah berpikir berbasis rasa peduli dan berpikir berbasis peraturan.

g.   Investigasi Opsi Trilemma atau  penyelesaian yang kreatif dan  tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini adalah berkomunikasi dengan pemain dan kru serta kepala sekolah untuk membentuk tim kreatif yang biasa menfilter dan mengevaluasi jalan crita sebelum ditayangkan.

h.   Keputusan yang diambil adalah  kru diminta membuat konten Youtube yang mengandung pesan mendidik walau bergenre guyonan santai dan aksinya diketahui kepala sekolah.

i.     Lihat kembali keputusan dan refleksikan dalam kasus tersebut telah direvisi beberapa episode berikutnya untuk segera ditayangkan.

Penerapan ke Depan / Future

Pelajaran yang bisa diambil adalah sebelum mengupload konten ke media sosial harus bijak apakah ini berdampak pada masyarakat atau tidak, sudah banyak aksi-aksi yang tayang di media sosial tidak mendidik, kita sebagai pendidik menciptakan sebuah konten yang mencerdaskan, memberikan edukasi dan mengembangkan karakter, Seperti Hastalaku (Gotong royong, guyup rukun, dll) bisa dijadikan tema film berkarakter budaya Solo. 


Semoga Bermanfaat.

Penyampaian Materi Indisipliner oleh Kepala Sekolah

Penyampaian Materi Umum


Penjelasan ttg Budaya Like dan Subcribe Channel Youtube Brotaviska

Penjelasan ttg Materi Indisipliner ASN


P


F

 

3.1.a.10. Aksi Nyata Pengambilan Keputusan Penggunaan HP Untuk Ujian Sekolah (Bagian 2)




Peristiwa :

Sebagai Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum bu Prihatin  tentu harus mampu menjabarkan visi misi sekolah melalui instruksi kepala sekolah khususnya dalam masa yang tidak menentu seperti sekarang ini dimana sekolah terkadang diminta menerapkan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) terkadang pula PTM terbatas dan atau PTM 100% semua melihat situasi dan kondisi yang terjadi secara dinamis.

Dengan berakhirnya masa Semester Gasal sekolah mengadakan ujian akhir sekolah (UAS). Penggunaan HP yang selama ini menjadi dilema antara diijinkan digunakan namun juga dilarang dalam kondisi tertentu, belum lagi jumlah pengguna HP dari siswa sudah tidak bisa dibendung bahkan sebagian guru ada yang menggunakan alat ini untuk media pembelajaran (mengerjakan tugas PJJ, membuat video dan lain-lain). Sebagian lagi melarang HP digunakan di kelas namun bisa dititipkan di loker kelas yang telah tersedia, bersama tas dan alat lain yang mungkin belum dibutuhkan saat belajar di kelas.

Waka Kurikulum dalama dilema antara menaati aturan penggunakan HP sebagai larang digunakan di kelas atau menggunakannya sebagai media Ujian online (UAS).

Alasa penerapan HP untuk KBM adalah sejak awal saya sudah pernah menyarankan penggunaa HP untuk belajar mengajar, daripada hanya digunakan untuk WA, chating, menonton Youtube yang mungkin belum optimal sebagai alat belajar, namun waktu itu masih belum berani melangkah dengan berbagai alasan dan analisis apakah siswa sudah siap atau belum, apakah sudah layak atau belum dan seterusnya. Nah kali ini di tahun 2022 masukan saya beberapa waktu yang lain telah direalisasikan dengan baik.

Siswa mengerjakan UAS online menggunakan HP
    
Perasaan :

Saya sebagai pemantau dalam pelaku di dalamnya merasakan senang HP bisa menjadi alat yang cukup siap untuk mengerjakan tugas-tugas apalagi ujian online sekolah. Kekawatiran sekolah mengenai troble kendala lapangan dan lain-lain bisa diminimalisasi dengan sangat baik..hampir 0%.


Pembelajaran :
Hal yang dapat dipelajari adalah program itu direncana, diprogramkan, direalisasikan dulu, soal kendala dan masalah diatasi dan dievaluasi di hari berikutnya. Jangan sampai belum apa-apa sudah ragu untuk melangkah, seperti penerapan HP ini banyak yang meragukan apakah bisa lancar atau tidak dan berapa persen siswa yang tidak punya HP, ternyata hampir 100% siswa memiliki HP yang support dengan sistem bahwa HP nya bagus-bagus dan layak untuk dipakai sebagai alat ujian bersama.



Analisis Kasus :

a.    Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?

Nilai-nilai yang bertentangan yang dihadapi Bu Prih adalah Jangka Pendek vs Jangka Panjang

b.   Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut ?

Orang yang terlibat dalam situasi adalah Bu Prih, tim IT dan Tim Penyusun Soal

c.    Apa fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut ?

Bu Prih menginstruksikan ujian UAS menggunakan HP, panitia dan penyusun soal diminta menyusun soal yang tepat agar bisa import ke aplikasi E-Viska Learning.

d.   Mari kita lakukan pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut.

  • Uji legal : Tidak ada pelanggaran hukum yang terjadi
  • Uji regulasi : Tidak ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi
  • Uji intuisi : Tidak ada yang salah. Aturan sekolah yang melarang penggunaaan HP di kelas adalah aturan yang masih sering dilanggar oleh siswa dan sekolah sendiri, oleh karena itu penggunaan HP untuk alat ujian adalah sesuatu yang baru.
  • Uji Publikasi : Apabila keputusan saya tersebut dipublikasikan di halaman depan koran saya merasa nyaman
  • Uji Panutan : Keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola saya dalam situasi ini adalah penerapan HP sebagai alat ujian atau alat belajar merupakan keniscayaan yang pasti terjadi tanpa terkecuali sehingga hal ini patut dilanjutkan.

e.    Paradigma  yang terjadi pada situasi adalah Jangka Panjang vs Jangka Pendek

f.     Dari 3 prinsip penyelesaian pada kasus ini adalah Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

g.   Investigasi Opsi Trilemma atau  penyelesaian yang kreatif dan  tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini adalah berkomunikasi dengan kepala sekolah dan jajaran serta tim IT dalam penerapan ujian, koordinassi dengan banyak pihak mengenai managemen resiko. Mengganti HP ke komputer bagi para siswa yang tidak mempunyai HP.

h.   Keputusan yang diambil adalah menerapkan HP sebagai alat Ujian dengan wifi sekolah yang cukup serta alat pendukung dan tim yang solid

i.     Lihat kembali keputusan dan refleksikan dalam kasus tersebut adalah mengevaluasi penerapan HP sebagai alat belajar dan ujian dengan banyak pendekatan.


Penerapan Masa Depan :

Rencana ke depan yang saya lakukan adalah 1. Berkoordinasi dan berdiskusi/dialog dengan kepala sekolah sebagai penentu kebijakan di sekolah, 2. Sosialisasi dan pengimbasan praktik baik kepada rekan sejawat tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, 3. Menjalin kerjasama dan kolaborasi dengan rekan sejawat.








Berikut ini link video aksi Pengambilan Keputusan Tim ICT dlm menerapakan HP sbg media Ujian Online.



Sampai Jumpa

3.1.a.10. Aksi Nyata Diseminasi KBM Diferensiasi, Coaching dan Pengambilan Keputusan (Bagian 4)

Belum bisa dilaksanakan ! Mungkin setelah lebaran (mencari wkt yang tepat)

Link Youtube Coaching denga  rekan :

https://youtu.be/J6ppe9R5WU0



Monday, April 25, 2022

Jurnal Minggu ke 18 Pengambilan Keputusan

JURNAL MINGGU KE-18

PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG EFEKTIF

Oleh : Darsono – SMK Negeri 6 Surakarta


 

Dalam refleksi minggu18 ini CGP menggunakan model 9 atau gaya Round Robin sebagai cara dalam merefleksikan hasil pembelajaran modul ini.

Panduan pertanyaan dalam melakukan refleksi minggu ini adalah:

  1. Apa hal yang paling CGP kuasai setelah pembelajaran hari ini? Mengapa CGP merasa hal tersebut bisa membuat CGP sangat menguasainya? 
  2. Apa hal yang belum CGP kuasai setelah pembelajaran hari ini? Apa yang akan CGP lakukan untuk mengatasi hal tersebut? 
  3. Apa hal yang masih membingungkan CGP dari pembelajaran hari ini? Ceritakan hal-hal apa saja yang membuat hal tersebut membingungkan.

Minggu ke-18 CGP telah mendapati aktivitas pembelajaran baru yaitu mulai mempelajari modul 3.1 pengambilan keputusan. Di minggu ini CGP mempelajari berbagai aktivitas pembelajaran diantaranya:

  • Eksplorasi konsep mandiri
  • Eksplorasi konsep forum diskusi
  • Ruang kolaborasi pengerjaan (vicon)

Berikut adalah hasil dari pertanyaan pemantik tersebut:

1) Apa hal yang paling Anda kuasai setelah pembelajaran hari ini? Mengapa Anda merasa hal tersebut bisa membuat Anda sangat menguasainya? 

Saya mampu membedakan dilema etika/ethical dilemma dengan bujukan moral/moral temptation. Saya mampu mengidentifikasi jenis dilema berdasarkan 4 paradigma, baik dilema yang dihadapi orang lain maupun diri sendiri yaitu 

  1. Individu lawan masyarakat (individual vs community
  2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy
  3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty
  4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Saya mengetahui dan telah memahami terdapat 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu (Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking) untuk menghadapi dilema etika.

Saya mengetahui dan memahami terdapat 9 Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan, yaitu: 

  1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, 
  2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, 
  3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini, 
  4. Pengujian benar atau salah, 
  5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar, 
  6. Melakukan Prinsip Resolusi, 
  7. Investigasi Opsi Trilema, 
  8. Buat Keputusan, 
  9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan. 

Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yaitu: mengenali tentang nilai-nilai yang bertentangan pada kasus yang dihadapi, menentukan siapa yang terlibat dalam situasi tersebut, mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini, melakukan pengujian benar salah (uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi, uji panutan/idola).

Berhenti dahulu pada tahap ini sambil mindfulness. Pengujian tahap ini perlu diperhatikan, jika sudah tidak lolos berbagai uji di sini maka dapat disimpulkan sebagai bujukan moral. Pengujian lebih lanjut tidak perlu dilakukan. namun jika lolos uji pada tahap keempat, masalah atau kasus tersebut merupakan dilema etika.

Maka perlu pengujian paradigma benar lawan benar menggunakan empat paradigma (individu vs masyarakat, rasa keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs kesetiaan, jangka pendek vs jangka panjang), melakukan prinsip resolusi menggunakan tiga prinsip dalam pengambilan keputusan (berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan, berpikir berbasis rasa peduli), Melakukan investigasi opsi trilema ( yang muncul menawarkan ide kreatif solusi masalah yang sedang dihadapi), membuat keputusan, serta merefleksikan keputusan yang sudah diambil.

Jika dirumuskan maka 4-3-9 Decision tersebut di atas, saya merasa mampu memahami materi tersebut setelah belajar menganalisis beberapa kasus yang disajikan dalam LMS dan mendapat tanggapan dari sesama rekan CGP dan fasilitator walaupun masih perlu diasah lagi.

Sebuah keputusan akan sangat menentukan nasib dari yang terlibat pada kasus yang ditangani. Tujuan akhir dari akibat suatu keputusan adalah win-win solution.

2) Apa hal yang belum Anda kuasai setelah pembelajaran hari ini? Apa yang akan Anda lakukan untuk mengatasi hal tersebut?

Yang masih belum saya kuasai adalah bagaimana cara menentukan pengambilan keputusan yang bijaksana, tidak merugikan salah satu pihak dan tidak ada resiko setelahnya. Karena meskipun kita sudah berusaha memutuskan sesuatu sesuai dengan pendekatan 4 paradigma dilema, sesuai dengan 3 prinsip dan berdasarkan 9 konsep pengambilan dan pengujian keputusan, namun belum tentu hasil akhir dari keputusan yang kita buat itu benar-benar tepat sasaran dan tidak ada penyesalan di belakangnya.  Yang akan saya lakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah haruslah benar-benar teliti, cermat dan hati-hati, pikiran focus, tidak mengambil keputusan secara terburu-buru bahkan sudah dibuat keputusan pun harus tetap merefleksi kembali apakah keputusan yang kita ambil sudah benar-benar mewakili aspirasi seluruh pihak yang terlibat atau tidak.

Saya merasa tertantang karena materi ini adalah materi baru bagi saya. Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan, tak jarang saya membuka kembali modul, bahan ajar, maupun browsing di internet.

Saya bersemangat dalam pembelajaran, terutama dalam ruang refleksi terbimbing dan demonstrasi kontekstual maupun elaborasi pemahaman. Saya bisa berbagi pengalaman dan menemukan inspirasi dari pengalaman rekan lain ketika menyimak pendapat-pendapat saat berdiskusi bersama instruktur. Saya selalu berusaha menyelesaikan setiap tugas dengan baik dan tepat waktu.

Pada sesi Ruang kolaborasi dan ruang presentasi disediakan waktu untuk membahas masalah Pengambilan Keputusan, tim saya mengangkat tema kejadian tidak menyenangkan yang dilakukan oleh seorang murid mendobrak pintu kelas sehingga membuat gaduh hingga gurunya emosi dan di situlah ada masalah dilema etika. Masalah dipresentasikan dan dipecahkan bersama tim serta dipresentasikan, walaupun terdapat masukan dan koreksi dari kelompok lain ini merupakan sesuatu hal yang baik sehingga semua peserta CGP menjadi semakin paham terhadap kasus tersebut dalam penanganan pengambilan keputusan yang tepat.

 

3) Apa hal yang masih membingungkan Anda dari pembelajaran hari ini? Ceritakan hal-hal apa saja yang membuat hal tersebut membingungkan. 

Yang masih membingungkan saya adalah menganalisis 4 paradigma dilema dan menetukan serta memilih diantara 3 prinsip dan 9 konsep pengambilan dan pengujian keputusan sesuai dengan teori yang sudah saya pelajari. Jika salah menganalisa, tentunya prinsip dan konsep yang kita pilih juga tidak tepat untuk mengambil keputusan yang akan kita buat. Sehingga hasil akhir dari keputusan tersebut juga tidak bisa mewakili aspirasi seluruh pihak yang terlibat. Bukan saja tidak tepat sasaran, justru bisa memicu dilema baru di masa mendatang.

Pengambilan keputusan sangat berkaitan erat dengan keseharian menjadi guru maupun orang tua di rumah. Tentu untuk dapat berperan sebagai pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, memerlukan perubahan paradgima terhadap murid itu sendiri, melatih menjadi coach, melatih diri mengelola emosi, serta menempatakan diri sebagai teman maupun manajer sebagai posisi kontrol, serta memiliki visi dan misis yang jelas. Modul ini, sangat erat dengan modul-modul sebelumnya sebgai pondasi yang kuat tertancap disanubari seorang guru.

Dalam mengambil solusi atas permasalahan, guru hendaknya bertindak sebagai manajer yang menyadarkan murid atas kesalahannya, menguatkan keyakinan murid, dan mengarahkan untuk memperbaiki diri. pengambilan keputusan yang tepat berpedoman pada berpihak pada murid, meningkatkan mutu pembelajaran, serta dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu, ada instrumen yang perlu dipegang dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yaitu 4, 3, dan 9. Empat paradigma, tiga prinsip, dan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Inilah yang akan menuntun kita mengambil keputusan yang etis dan bijaksana, tidak terjebak oleh bujukan moral. Meskipun tidak akan ada yang dapat dipuaskan semuanya, pasti akan ada kontradiksi.

Setelah itu, tahap demonstrasi kontekstual (hari selasa dan rabu tanggal 19-20 April 2022), mengajak kami membuat jurnal monolog. Jurnal ini dapat berupa tulisan naratif  maupun sebuah video atau audio yang direkam sendiri. Isi atau konten diberi jatah durasi 3-5 menit, sesuai pertanyaan panduan yang telah disediakan. Saya mengisi blog pribadi mengenai hal itu, lalu saya sebar ke teman-teman untuk minta diberi komentar. Ada empat pertanyaan yang membingkai karya demonstrasi kontekstual ini. Pertanyaan tentang komitmen berbagi, menyusun rencana, melaksanakan, termasuk yang akan mendampingi kegiatan sosialisasi kegiatan guru penggerak pada tahap pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Saya memilih menulis naratif melalui blog https://darsono-solo.blogspot.com/2022/04/jurnal-minggu-ke-18-pengambilan.html karena menulis merupakan kegiatan yang menyenangkan dan menyalurkan kata hati.

Untuk menghadapi kegiatan pembelajaran selanjutnya, saya berkeyakinan bahwa saya mampu melakukannya. Pengamanan belajar selama ini telah membekali diri saya dengan kemampuan belajar mandiri, berpikir kritis, kreativitas menemukan solusi permasalahan, mampu berkolaborasi dalam menyelesaikan tugas, dan komunikatif dalam menyampaikan ide/gagasan karena tujuan akhir pengambilan keputusan adalah keberpihakan guru kepada murid, pendidikan yang berpusat kepada murid melalui MarkiBe (Mandiri, Refleksi, Kolaborasi, Inovasi dan Berpihak pada Murid).

Di kelas, saya akan menyelesaikan masalah dengan percaya diri menggunakan uji instrumen 9 langkah pengambilan keputusan. Apabila memukan murid bermasalah, saya bisa mengambil keputusan jika merupakan sebuah dilema etika dan tidak terperangkap pada bujukan moral.

Demikian Jurnal Refleksi Minggu Ke-18, semoga bermanfaat. Sampai jumpa lagi…..Salam dan Bahagia

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Thursday, April 21, 2022

Ttg PPG VS PGP

Dapa tanya jawab dr FB
Pertanyaan : 
1. Mana yg lebih profesional guru yg ikut PPG, atau guru yg ikut GP
2. Apakah tidak sebaiknya program CGP ini dimulai dari bangku kuliah calon guru?
3. Bagaimanakah kira2 nasib Program GP ini setelah mas Nadiem tidak lagi jadi menteri pendidikan
Jawab :
1. Mana yg lebih profesional guru yg ikut PPG, atau guru yg ikut GP? Menurut saya keduanya sama-sama profesional. Kalau PPG ini adalah program profesi kita sebagai seorang guru. Tujuannya adalah untuk kesejahteraan guru. Sedangkan PGP ini adalah program pemerintah memberikan bekal kepemimpinan kepada guru-guru yang tujuan akhirnya adalah untuk menjadi kepala sekolah atau pengawas.
2. Apakah tidak sebaiknya program CGP ini dimulai dari bangku kuliah calon guru? GP dipersiapkan untuk membekali guru-guru yang akan memimpin pembelajaran dan yang ikut pun diseleksi minimal masa kerja 5 tahun. 
3. Bagaimanakah kira2 nasib Program GP ini setelah mas Nadiem tidak lagi jadi menteri pendidikan? Yang penting berbuat dulu dari sekarang untuk Indonesia lebih maju dibidang pendidikan.



3.1.a.10. Aksi Nyata Penerapan KBM Gembira (Bagian 1)

 

PENERAPAN KBM MENYENANGKAN

MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN

SMK NEGERI 6 SURAKARTA

 Oleh : Darsono - CGP Angkatan 4

 
Penyampaian Singkat Modul 2.1 s/d 3.1 Di forum Briefing Online

Peristiwa (Facts)

 

Pagi hari tanggal 20 April 2022 pukul 06.00 WIB saya meminta ijin Kepala Sekolah sehubungan esok hari akan diadakan Zoom Meeting Briefing pukul 07.15 WIB oleh Kepala Sekolah, saya mengusulkan ingin nrimbung untuk sekedar melakukan pengimbasan hasil diklat CGP selama 4-5 bulan ini. Hasil diskusi lewat WA saya diijinkan tampil di awal sesi 1 dengan durasi sekitar 10-15 menit. Hari itu (Rabu, 20 April 2022) sekolah diperbolehkan menerapkan pertemuan tatap muka (PTM) 100%, makanya di pertemuan awal inilah penulis memberanikan diri melakukan pengimbasan CGP khususnya pada guru-guru kelas X dan umumnya guru kelas XI dan kelas XII.

Peserta adalah Semua Guru dan TU SMKN 6 Surakarta

SMK Negeri 6 Surakarta mendapatkan penunjukkan sebagai Sekolah Program Keunggulan (SMK PK) atau SMK Sekolah Penggerak oleh karena itu diperbolehkan menggunakan kurikulum baru, Kurikulum Paradigma baru atau Kurikulum Merdeka khususnya di kelas X dan secara umum pada kelas XI dan XII. Pelaksanaan Kurikulum baru tersebut sudah berjalan hampir 2 semester namun penulis melihat belum nampak menonjol aksi perubahan nyata yang bisa dibedakan antara penerapan kurikulum sekarang dan sebelumnya. Sementara yang terlihat berbeda adalah penerapan kurikulum blok kemudian RPP diubah menjadi Modul dan KKM diubah menjadi Capaian Pembelajaran (CP), artinya penulis melihat aksi perubahaannya masih bersifat administrasi semata belum menyentuh aksi perubahan di kelas, di pola pikir guru dan siswa sesuai paradigma pendidikan, “Pendidikan yang menuntun” (Ki Hajar Dewantara).

Beberapa guru masih terlihat pola mengajarnya sama seperti sebelumnya, datang, salam doa, mengecek kehadiran, mengapresepsi materi lalu, kemudian materi inti, penugasan / latihan dan rangkuman serta penutup. Seperti itulah kira-kira pola pengajaran di KBM yang terpantau. Termonitor siswa masih malas-malas layu, wajah-wajah yang tegang namun tidak terungkap, mereka diam pasif namun tidak terbaca oleh guru karena mungkin gurunya masih mengejar target materi yang lama belum tersampaikan mengingat selama ini polanya masih semi PJJ-daring dan luring. Terlihat guru belum melakukan identifikasi kesiapan, menggali minat dan melihat profil siswa karena sistematikanya langsugn masuk ke materi inti. Guru kelas juga belum tercermin mengeksplorasi belajar merdeka yakni memetakan kompetensi siswa berdasarkan kemampuannya.  Guru juga belum terlihat melakukan ice breaking, memainkan suasana kelas menjadi rame dan nyaman, belum juga melakukan kegiatan yang menunjukkan keberpihakan pada murid (masih gaya lama mengajar, menyampaikan materi, memberi tugas, menyimpulkan dan memberi tugas lanjutan).

 Diawali dengan senyum, sapa, salam, sopan dan santun atas kesempatan yang diberikan pihak sekolah untuk penulis melakukan aksi nyata penulis mulai dengan materi pokok yakni tentang Visi Misi dan Program Sekolah, KBM Berdiferensiasi dan Pembelajaran Sosial Emosional, Penanganan kasus dengan Coaching dan terakhir yakni Pengambilan Keputusan. Kesempatan yang baik ini penulis gunakan untuk menjelaskan secara runtut walaupun dengan kecepatan yang penuh beberapa materi pokok dan penjelasannya. Penulis menitikberatkan pada Kegiatan Belajar Mengajar Berdiferensiasi atau saya menyebutnya KBM “Bermain:”.

Bahwa Visi Misi Sekolah resmi adalah Menyiapkan lulusan yang kompeten, siap memasuki dunia usaha dan dunia industri, berkarakter unggul dan berorientasi membangun karier masa depan yang lebih baik, versi yang sama dibuat oleh CGP Visi sekolah adalah : Mengembangkan pelajar berprestasi, pelajar-preneur dan berkarakter VISKANESIA (Visoner, Inovatif, Sehat-Sinergis, Kreatif, Adiwiyata berkarakter Ke-Indonesiaan dan Kemajemukan Global)

Sebagai SMK PK sekolah memiliki tugas mengembangkan pembelajaran berpihak pada murid, pembelajaran yang menyenangkan, maka guru harus mampu menciptakan suasana asyik, nyaman, menyenangkan tidak tegang namun tetap tercapai tujuannya. Dalam presentasi penulis menjabarkan fungsi bermain, bahwa ternyata semua orang suka dengan bermain baik anak-anak TK, SD, SMP, SMK maupun orang tua maka fungsi bermain adalah : melatih kepekaan sosial anak, membantu tingkatkan rasa percaya diri, membantu siswa saling menghargai, melatih pengelolaan emosi dan melatih kognitif utk memecahkan masalah (https://www.sehatq.com/artikel/manfaat-bermain-bagi-anak-mulai-kemampuan-fisik-hingga-emosional)

 Setelah menjelaskan KBM Bermain, penulis melanjutkan materi Pembelajaran Sosial Emosional dengan tema HASTALAKU sebuah akronim yang merupakan 9 perilaku baik di Solo (https://solobersimfoni.org/?page_id=415) meliputi :


1)        Hasthalaku terdiri dari :

2)        Gotong Royong (Saling membantu – Helpfulness)

3)        Grapyak Semanak (ramah tamah – Friendly)

4)        Guyub Rukun (kerukunan – Harmony)

5)        Lembah Manah (rendah hati – Humble)

6)        Ewuh pekewuh (saling menghormati – Mutual Respect)

7)        Pangerten (saling menghargai – Compassionate)

8)        Andhap Ashor (berbudi luhur – Virtuous)

9)        Tepa Slira (tenggang rasa – Solidarity).


 Aksi nyata pembelajaran sosial emosional ini bisa diterapkan dengan berbagai cara misalnya Lagu, Games, Yel-Yel, Cerita Pengalaman Guru, Cerita Murid, Cerita Tokoh, Praktek Langsung Atau Simulasi. Disambung dengan penanganan Coaching, sebuah pendekatan pendampingan seorang Coach untuk menyelesaikan masalah sendiri dengan cara menggali potensi kekuatan yang ada pada diri coachee. Aksi ini bisa dilakukan oleh guru kepada siswa yang mungkin membutuhkan penanganan secara pribadi hingga siswa dapat menentukan sikap sendiri lewat pertanyaan coach.

Pada bagian akhir penulis menjelaskan materi pengambilan keputusan, penulis mengapresiasi langkah berani jajaran manajemen SMK Negeri 6 Surakarta yang mengambil langkah mengadakan ujian online menggunakan aplikasi berbasis HP di kelas, tentunya dengan resiko yang telah dihitung dan diantisipasi. Dalam hal ini penulis telah berkolaborasi sebelumnya mulai dari program PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) awal menggunakan Modle bernama E-Viska,  Office 365, ClassRoom hingga sekarang menggunakan aplikasi buatan bernama Viska Learning. Dalam waktu yang tidak lama penulis ingin menggali lebih dalam mengenai penerapannya yang telah dijadikan alat ujian online menggunakan HP.

 Perasaan (Feelings)

 Sejak awal penulis meragukan langkah ini akan berhasil karena menggerakkan semua guru itu tidak gampang butuh kekuatan besar dari pihak sekolah, tetapi untungnya Kepala Sekolah sangat pro dan mendukung penuh aksi ini walaupun terkesan ini untuk kepentingan CGP sebagai penugasan aksi 3.1 namun ini juga untuk kepentingan SMK PK yang sedang dijadikan sekolah rujukan penerapan Kurikulum Merdeka di Kota Surakarta sehingga sama-sama membutuhkan dan sama-sama saling mendukung, bahwa CGP juga perlu aksi nyata, SMK PK juga harus menerapkannya.

Perasaan penulis senang, bangga, bahagia dan terharu bisa dipercaya, diberi kesempatan untuk tampil di daring Ms. Team di awali pertemuan (PTM) 100% dan diberi kesempatan untuk pengimbasan CGP sungguh suatu perhatian tersendiri sehingga penulis harus menjadi figur yang bisa menjadi rollmodel untuk teman-teman sejawat dalam profesi guru.

Pembelajaran (Findings)

Setelah mengadakan Zoom / Meet pada sesi pagi bersama seluruh guru SMK Negeri 6 Surakarta penulis mengajak semua guru menerapkan KBM Bermain di kelasnya dan hasil penerapannya difoto atau divideo sebagai dokumentasi CGP dan sekolah, dan bukan diharapkan ice breaking ini tidak hanya hari itu saja diterapkan semoga bisa dilanjutkan terus di tiap kelas-kelas yang dimasuki guru sehingga siswa happy, nyaman dengan bermain (yel-yel, bernyanyi atau games).

Beberapa guru telah mencoba menerapkan bermacam-macam lagu opening misalnya : Lagu Mars SMK N 6 Surakarta, lagu Profil Pelajar Pancasila, Senam Profil Pelajar Pancasila dan lain-lain.

  

 

Gambar Aksi Ice Breaking (Bernyanyi)

 


Beberapa bukti aksi nyata ice breaking penulis tautan di Google Drive pada link berikut:

https://drive.google.com/drive/folders/1E0J70XA4MSRgpzDLzTyx-Fr0iX2cYAzZ?usp=sharing

 

https://youtu.be/3CCnmfdbcO4


Kumpulan Hasil Aksi Nyata KBM Menyenangkan dengan ICE Breaking di Kelas

Oleh Guru SMK Negeri 6 Surakarta

Salah satu Testimoni Group siswa   


      Dari pengamatan dan setoran file Video dan Foto dari bapak ibu guru yang menerapkan ice breaking di awal pelajaran cukup berhasil dan membuat siswa nyaman, senang, happy dan tidak tegang.

Guru : apakah kalian happy menyanyikan lagu profil pelajar Pancasila? dan apakah kalian happy mengikuti KBM Bahasa Indonesia?

Siswa  1: Saya happy saat menyanyikan lagu profil pelajar pancasila. Karena lagu profil pelajar pancasila membuat saya bersemangat di pagi hari✨

Dan saya juga happy saat mengikuti KBM bahasa Indonesia✨

Siswa 2 : Saya sangat happy ketika menyanyikan lagu profil pancasila dan kbm bahasa indonesia 🤩💗

Siswa 3 : Wah lagunya bagus banget, saya suka, saya sangat suka dengan lagunya

Siswa 4 : Iyaa bu, karena lagu profil pelajar pancasila sangat membuat saya happy dan bersemangat di pagi hari

Siswa 5 : sangat happy sekali😄

Siswa 6 : saya senang menyanyikan lagu profil pelajar pancasila karena membuat saya happy kiyowok

Siswa 7 : saya happy sekali bu saat menyanyikan lagu profil pancasila dan kbm bahasa indonesia💖

Ssiwa 8 : saya happy menyanyikan lagu profil pelajar pancasila karena membuat saya bersemangat saat mengikuti kbm bahasa indonesia🤩

Siswa 9 : happy sangat sangat bu dalam menyanyikan lagu profil pelajar Pancasila dan kbm bahasa indonesia uwu 😍

Penerapan ke depan (Future)

Rencana ke depan guru menerapkan KBM berdiferensiasi meliputi Kesiapan, Minat dan Profil siswa serta menerapkan pembelajaran Sosial Emosional di dalam kelasnya sehingga KBM bermakna dan bersinergi dengan siswa. Hal ini tentu perlu dimonitor dikawal dievaluasi setiap hari agar pelaksanaan dapat terujud dan lancar jika ada kendala dapat segera ditemukan masalah dan dicarikan solusinya. Penulis sedang menyiapkan instrumen KBM diferensiasi dan Sosial Emosional serta coaching dan pengambilan keputusan semuanya akan didiskusikan dengan komunitas praktisi.

  

https://drive.google.com/file/d/1gXP6dS9xAlJr1KLxgaRMSa3NXeAlaGj_/view?usp=sharing

Sekian-

 

Link Terkait :