Powered by Blogger.

Sunday, April 10, 2022

Jurnal 16 Coaching Dengan Rekan Guru dan Murid

 

JURNAL 16

COACHING DENGAN SISWA DAN GURU

TENTANG SUATU MASALAH

Oleh : Darsono – SMK Negeri 6 Surakarta




Minggu ini, saya masih mempelajari Modul 2.3 Coaching. Pembelajaran yang dilaksanakan adalah Refleksi Terbimbing, yaitu memberikan refleksi atas pembelajaran yang telah dilaksanakan, meliputi pemahaman sebelum dan sesudah mempelajari modul, hal yang perlu ditingkatkan, kendala, dan upaya dalam menghadapi kendala. Pada Demonstrasi Kontekstual, saya melakukan praktik coaching bersama dua siswa dengan kasus yang berbeda. Untuk memantapkan pemahaman pada materi coaching, CGP mengikuti Elaborasi Pemahaman bersama instruktur. Minggu ini saya juga melaksanakan praktik pembelajaran berdiferensiasi yang terintegrasi dengan Pembelajaran Sosial dan Emosional PSE).

Pada jurnal 16 ini saya akan menggunakan Model 3: Six Thinking Hats (Teknik 6 Topi)

1)      Topi putih: tuliskan informasi sebanyak-banyaknya terkait pengalaman yang terjadi. Informasi ini harus berupa fakta; bukan opini.

2)      Topi merah: gambarkan perasaan Anda terkait dengan topik yang sedang dibahas, misalnya perasaan saat mempelajari materi baru atau saat menjalankan diskusi kelompok.

3)      Topi kuning: tuliskan hal-hal positif yang terkait dengan topik tersebut.

4)      Topi hitam: tuliskan kendala, hambatan, atau risiko dari tindakan/peristiwa yang sedang dibahas.

5)      Topi hijau: jabarkan ide-ide yang muncul setelah mengalami peristiwa tersebut.

6)      Topi biru: tarik kesimpulan dari peristiwa yang terjadi, atau ambil keputusan setelah mempertimbangkan kelima sudut pandang lainnya. Bandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

PROCESS

Intinya saya mengambil kesimpulan bahwa coaching sangat penting dalam membantu siswa dan guru menemukan solusi atas masalah yang dihadapinya. Coaching bertumpu pada kemampuan coach untuk bertanya, menggali informasi dari coachee, kemudian mengajak coachee menemukan potensi terbaiknya untuk merumuskan rencana aksi dan menyepakati tanggung jawab. Sesungguhnya hal ini sudah sering  saya lakukan, hanya saja selama ini masih lebih didominasi oleh peran guru dalam memberikan tips untuk mengatasi masalah.


Terlepas itu sudah menjadi realitas atau baru sebatas nama, tetapi sebetulnya ada beberapa hal yang penting untuk diingat, yaitu:

1.      Memiliki data yang akurat

Data di sini mungkin tidak harus kita artikan sebagai data dalam pengertian yang formal dan rumit. Data di sini bisa juga kita artikan sebagai catatan pribadi yang berisikan tentang gap antara skill yang dimiliki karyawan dengan tuntutan pekerjaan. Bisa juga berisi masalah yang dihadapi si karyawan dalam kaitannya dengan kinerjanya. Bisa pula berisi tentang perkembangan si karyawan yang kita coaching itu dari waktu ke waktu. Dengan memiliki apa yang kita sebut data itu, berarti ketika kita hendak meng-coach orang, kita sudah tahu apa yang perlu dan apa yang belum perlu, mana yang perlu ditekankan dan mana yang belum perlu, dan seterusnya.

2.      Menemukan metode yang “teachable”
Seperti yang saya katakan di muka, bahwa dalam meng-coaching ini memang kita dituntut untuk memerankan diri sebagai pendidik. Hal yang terpenting di sini adalah menggunakan atau menemukan metode mendidik yang dapat membuat orang yang kita didik itu bisa mendidik orang lain dan begitu seterusnya. Dengan begitu, tanpa harus kita yang turun langung, program coaching tetap berjalan di tempat kita. Ini tentu sangat positif. Selain meminterkan orang lain, ini juga bisa membentuk lingkungan yang positif.

3.      Menghidupkan, bukan mematikan

Ini soal cara bagaimana meng-coach orang. Meski kita sudah sama-sama tahu bahwa cara yang bagus adalah menghidupkan semangat orang, tetapi dalam prakteknya belum tentu pengetahuan itu kita gunakan. Ada cara yang menghidupkan tetapi ada cara yang mematikan, ada cara yang mendorong tetapi ada cara yang malah menarik. Cara yang kita gunakan terkadang bisa bertentangan dengan niat yang kita maksudkan. Karena itu, meski niat kita baik, namun kalau cara yang kita gunakan itu mematikan, me-looking-down-kan, atau menghinakan, bisa jadi hasilnya bukan malah bagus.

CREATIVITY

 

 Sebagai Coach kita harus mempunyai keterampilan dalam memberi Pertanyaan-pertanyaan efektif yang akan  diajukan kepada coachee untuk menggali permasalahan yang terjadi dan coach mendengarkan apa yang menjadi keyakinan dan perhatiaan coachee sebagai upaya untuk menciptakan komunikasi asertif dengan coachee. Coach menyimak pada saat coachee berbicara untuk memahami setiap  ucapan yang diucapkan oleh coachee serta ikut serta memberi pemahaman kepada coachee tentang pentingnya menyelesaikan masalahnya sendiri dengan potensi coachee sendiri.


Sebagai coach tidak hanya menjadi komunikator yang baik tetapi juga harus mampu  menuntun coachee membuat tindakan serta alternative jalan yang mungkin dipraktekkan coachee dan memberikan dorongan kepada coachee untuk memilih ide dan keputusan.  Dorongan coach untuk coachee dalam menyusun rencana penyelesaian dengan waktu yang tepat, jelas dan spesipik disuaikan dengan kebutuhan. Coach juga harus mampu mendorong coachee untuk memilih orang yang akan dipercayakannya dalam menyelesaikan masalahnya. Coach juga harus memberikan dorongan kepada coachee untuk mempertanggungjawabkan terhadap aksi nyata yang akan diambil dan dijalankan dan capaian rencana secara spesipik disesuaikan dengan jadwal yang telah dibuatnya.  

Kristin Constable, Forbes Councils Member, mengatakan ada empat tahap dalam proses kerja coaching, yaitu:

  1. Awareness

Coaching menantang cara berpikir seseorang, sehingga ia dapat mempertanyakan cara menjadi sadar dan tidak sadar dan berinteraksi dengan dunia tanpa ego.

  1. Clarity

Melalui coaching, individu dapat menyebutkan dan mendefinisikan masalah nyata secara berfokus pada satu bagian pada satu waktu serta memisahkan fakta dari perasaan.

  1. Choice

Coaching memungkinkan seseorang untuk membatasi keyakinan dan mengeksplorasi kemungkinan untuk berubah. Karena coach menciptakan koneksi saraf baru yang mempromosikan cara berpikir dan berperilaku baru.

  1. Action

Seseorang dapat dapat berkomitmen pada rencana atau latihan untuk memperbaiki cara berpikir dan berperilakunya. Hal itu mendukung cara hidup yang ia inginkan.

Ide-ide pada coaching adalah tentang Negative to Positive Feeling (N2P) yakni:

1.      Mengajak coachee untuk melihat perspektif lain dari sebuah masalah.

2.      Merubah perasaan negatif menjadi positif.

3.      Coaching tidak dapat dilakukan saat coachee berada dalam keadaan negatif.

 

Penerapannya adalah dengan 3 R yakni Relax, Relate dan Reframe.

Relax artinya menangani coachee dengan pertanyaan-pertanyaan yang santai, tidak menghakimi, tidak menyudutkan

 

Relate artinya menjalin hubungan dengan keakraban coach dan coachee.

 

Reframe artinya membangun kembali potensi yang tenggelam dan dibangkitkan lagi untuk disatukan dipadukan.

FACTS

Tanggal 1 April 2022

Coaching Siswa

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran minggu ini, saya merasa menikmati saja alur dan perjalanannya, karena beberapa tagihan tugas mengharuskan berupa video. Saya merancang kegiatan coaching, berlatih bersama siswa, dan melakukan perekaman dan editing video. Semua adalah kegiatan yang menuntut kompetensi video editing dan teknik pengambilan gambar serta talenting yang baik sehingga kegiatan ini bisa dilakukan, kebetulan ini adalah bagian dari mapel saya yakni Videografi. Ditambah melihat siswa yang semangat, saya menjadi termotivasi untuk melaksanakan praktik coaching dengan segenap kekuatan saya. Sesi elaborasi pemahaman bersama instruktur memberikan tambahan pemahaman pada praktik coaching yang sangat bermanfaat.




Saya melakukan coaching siswa sebanyak 2 orang kasus yang berbeda dan ini adalah kasus yang real (nyata) dialami siswa hanya diulang dan dijadikan model TIRTA sebagai penerapan coaching sesuai materi. Diulang olah kasusnya dengan pendekatan TIRTA dan direkam.

Kasus pertama tentang siswa yang tugasnya terlambat hingga raportnya belum KKM karena sesuatu hal.

Kasus kedua tentang siswa yang putus hubungan dengan kedua orang tuanya karena keduanya berpisah dan siswa tersebut mencari solusi mengatasi masalahnya sendiri hingga berakibat nilai raport banyak yang tidak tuntas.

Link : https://youtu.be/CAtJcgXdnT0

Tanggal 2 April 2022

Coaching Guru

Pada tanggal 2 April 2022 saya melakukan coaching dengan teman guru, tema yang diambil adalah pendaftaran Guru Penggerak Angkatan 7, pengambilan gambar saya minta salah satu siswa kelas XII Multimedia. Lokasi pengambilan gambar di salah satu ruang studio. Hasil gambar saya kirim ke LMS sebagai penugasan aksi nyata (latihan praktek coaching) sebelum datang Pendamping Praktek CGP.

Kasus guru ini juga merupakan kasus nyata, dimana ybs pernah diajak ikut mendaftar Pengajar Praktik, namun memilih CGP atas kemauan dan hasil konsultasi (konseling) dengan saya..Di tengah perjalanan ybs mengundurkan diri tanpa alasan yang jelas, diduga dipengaruhi oleh dirinya, pekerjaannya dan teman-temannya.

Setelah didekati dan dicoaching sebisanya akhirnya ybs bersedia ikut mendaftar CGP lagi. Potret inilah saya rekam ulang dengen pendekatan model TIRTA.

Link : https://youtu.be/J6ppe9R5WU0

BENEFITS

Saya mendapatkan manfaat yang luar biasa setelah menerima materi teori dan praktek coaching, yang selama ini masih seperti bukan menjadi bagian tugas guru ternyata sangat penting perannya menyelesaikan banyak masalah belajar mengajar. Keterampilan yang harus dimiliki seorang Coach ada empat kelompok kompetensi dasar bagi sesorang coach :


1. Keterampilan membangun dasar proses coaching

2.    Keterampilan membangun hubungan baik

3.    Keterampilan berkomunikasi

4.    Keterampilan memfasilitasi pembelajaran

Adapun Prinsip Coaching adalah :


1.       Kolaborasi coach dan coachee

2.       Coach menuntun, memfasilitasi, memaksimalkan potensi coachee

3.       Berfokus pada solusi

4.       Berorientasi pada hasil dan

5.       Sistematis

Manfaat lain adalah saya bisa membedakan mana coaching, mentoring dan konseling, ternyata ketiganya berbeda-beda.

Mentoring sebagai proses mentor menggunakan pengalamannya untuk membantu orang lain mengatasi masalah.

Konseling adalah hubungan bantuan antara konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah.

Coaching Jalinan kemitraan yang setara dengan coachee untuk mengambil keputusan sendiri. Tugas Coach hanya mengarahkan melalui pertanyaan-pertanyaan yang menuntun.

 

 

Coaching biasanya melatih seseorang untuk mampu menghasilkan performa yang lebih baik, menjadi pemimpin bagi diri sendiri, menjadi manusia pembelajar, menyesuaikan dengan kondisi sekarang untuk terus berkembang dan tumbuh, serta mengaktualisasikan ide dan pemikirannya, sehingga orang tersebut bisa mengandalkan diri sendiri untuk menghasilkan keputusan dan tindakan yang “lebih” baik lagi.

Benefit Coaching :

1.       Memperbaiki Retensi Karyawan

2.       Memperbaiki Performa Kerja

3.       Membentuk Komunikasi Positif Di Dalam Organisasi

FEELINGS

Coach mana yang tidak ikut bahagia kalau di akhir sesi coaching, melihat Coachee-nya tersenyum lebar dengan mata berbinar. Coachee menjadi tercerahkan, semakin bersemangat dengan segudang insight baru, dan dengan suara lantang menyerukan langkah selanjutnya yang akan ia wujudkan.


Tapi mari kita jujur, Coach. Kenyataannya belum semua sesi coaching kita berjalan 100% efektif. Bisa jadi disebabkan oleh cara bertanya atau jenis pertanyaan yang kita ajukan belum tepat, atau mungkin kita sebagai Coach ikutan stuck saat bertemu Coachee yang stuck, keras kepala, dan menutup diri dengan jutaan alasan. Coaching adalah tentang “mendengarkan” ( Listen ) bukan hanya “mendengar” (earn) Jadi harus fokus perhatian pada coachee. Coaching bukan mentoring, bukan pula terapi atau konseling. Coaching lebih menjurus kepada memfasilitasi melalui bertanya, memberikan feedback dan berperan sebagai ahli.

 

CAUTIONS


Kendala yang saya hadapi adalah mengelola membuat pertanyaan yang mengajak, membantu merefleksi hingga mengarahkan coachee sehingga tergerak potensinya muncul dan melakukan perubahan pada solusi yang diinginkan. Pertanyaan yang diajukan Coach bisa jadi sangat menantang bagi Coachee, membongkar zona nyaman dan menata ulang kebiasaan atau pola pemikiran (mindset) yang lama. Memang rasanya tidak nyaman bagi Coachee, tapi sebagai Coach kita sadar disanalah titik balik transformasi Coachee berawal. Maka wajar jika Coachee menjadi resisten lalu stuck dalam merespon pertanyaan Coach. Bagaimana Bisa? Ini cara Coachee mendengar, menangkap dan memproses pertanyaan dari Coach.

Beberapa hal yang kerap menghambat terlaksananya kegiatan yang mulia ini, misalnya:

1.      Budaya menghakimi/ memarahi

Kita langsung memarahi karyawan saat melakukan kesalahan. Marah terkadang tidak bisa dihindari tetapi yang kerap kita lupakan adalah apa yang kita lakukan setelah marah. Kalau yang kita lakukan membenci atau menjauhi, tentu akan berbeda efeknya dengan ketika yang kita lakukan setelah itu adalah mendekati dan meng-coach-nya.

2.      Budaya membiarkan

Kita membiarkan karyawan bekerja sendiri-sendiri karena kita malas atau tidak peduli dengan skill mereka. Membiarkan seperti ini tentu berbeda dengan membiarkan yang punya pengertian memberi kesempatan untuk mandiri dalam menerapkan pengetahuan.

3.      Budaya mengerjakan sendiri

Kita menangani sebagian besar pekerjaan dan enggan untuk mendelegasikannya kepada yang lain karena kurang percaya.

4.      Budaya mengharapkan hasil yang instan
Kita mengharapkan hasil yang instan dari apa yang kita instruksikan pada mereka.

5.      Budaya arogansi birokrasi

Kita menjaga jarak dengan karyawan untuk melindungi gengsi atau kita enggan turun ke bawah. Umumnya kita, semakin tinggi jabatan atau posisi, justru semakin jauh dari realitas yang bersentuhan langsung dengan manusia dan masalahnya di bawah. Kalau mengacu pada teori pendidikan, meng-coach karyawan itu sebenarnya juga termasuk mendidik. Bicara soal pendidikan ini mungkin ada satu hal yang perlu kita ingat bahwa metode yang kita gunakan dalam mendidik orang itu jauh lebih berperan penting ketimbang materi yang kita sampaikan. Materi yang bagus akan diresponi tidak bagus kalau metode yang kita gunakan tidak cocok dengan keadaan orang yang kita coach.

 

 

Disadur dan diolah dari berbagai sumber.