JURNAL MINGGU KE –
14
COACHING
OLEH : Darsono – SMK
Negeri 6 Surakarta
Model 1: 4F (Facts, Feelings,
Findings, Future)
Memasuki Minggu ke 14 saya
mendapati materi COACHING yakni materi pendampingan dan pemecahan masalah siswa
yang berbeda dengan mentoring dan conseling. Pada kali ini saya akan mengemas
ke dalam model 4 F (Facts, Feelings, Findings, Future).
Facts (Peristiwa):
Ceritakan pengalaman Anda mengikuti pembelajaran pada minggu ini
Saat ini (Minggu ke 3-4) sekolah
sedang mengadakan PTS (Penilaian Tengah Semester) , Saya membuat soal pilihan
ganda untuk soal gabungan teori kejuruan sebanyak 50 soal masing-masing 20
soal. Soal dikumpulkan ke Ketua Program untuk digabungkan menjadi satu soal
bersama. Kali ini ujiannya menggunakan E-learning
Viska
(PJJ) baik kelas X, XI, dan XII soal dikerjakan secara mandiri di rumah karena
situasi belum memungkinkan.
Saya tetep menyelesaikan tugas LMS
yakni membuat Video Pembelajaran Sosial Emosional dan Berdiferensiasi dengan
siswa kelas XII MM 1 pada tanggal 17 Maret 2022. Dapat dilihat pada lama
Youtube : https://youtu.be/jwGAgXoRARo.
Memasuki Modul 2.3 kita belajar
mengenai Coaching yakni
mendampingi siswa menemukan pemecahan masalah siswa, saya mempelajari explorasi
konsep coaching hingga melakukan simulasi coaching, tercatat ada 3 kasus contoh
simulasi yang dipraktekkan oleh CGP melalui Gmeet. Tim terbagi menjadi 4
kelompok besar yakni TK/SD/SMP, dan SMA (1) dan SMA (2) serta SMK. Kasus yang
disimulasikan berkaitan dengan masalah siswa dan guru.
Feelings (Perasaan):
Sejujurnya
materi Coaching ini sebenarnya materi yang harus disampaikan dan dipraktekkan
dalam SK/KD pada perkuliahan S1 Pendidikan, sehingga para calon guru paham
betul bagaimana menangani siswa membantu siswa dan orang tua keluar dari
masalah. Bukan hanya keterampilan mengajar dan mengejar skill saja. Kedua, secara jujur harus diakui mood
membantu siswa keluar dari masalah-masalah belajar guru sekarang masih sangat
kurang, belum berpihak pada murid, belum berpihak pada penyelesaikan kasus
tetapi lebih kepada ketuntasan materi.
Bahwa
masalah siswa yang cukup kompleks terkadang hanya diserahkan kepada guru BK,
bisa jadi keterbatasan waktu, gerak langkah dan sebaran siswanya, peran guru
Penggerak di sini lah diperlukan dalam membantu siswanya keluar dari masalah.
Penanganan kasus dengan coaching bukan mentoring atau conseling adalah solusi
terbaik menemukenali jati diri siswa untuk bertahan hidup, menyelesaikan
masalah.
Findings (Pembelajaran):
Hal yang
saya temukan adalah coaching itu model penanganan siswa dengan pendekatan
mencari solusi dengan menggali kemampuan diri untuk menyelesaikan sendiri
masalahnya, Coaching berbeda dengan mentoring dan conseling. Conseling lebih kepada penanganan masalah
dimana solusinya diberikan dari konsultant (guru), mentoring adalah tutorial
guru kepada mentee (peserta) dimana menyelesaikan dengan langkah-langkah detail
dari guru. Sedangkan coaching adalah menyelesaikan masalah dengan menyediakan
bantuan siswa memberi kesempatan siswa menggali sendiri potensinya untuk
menyelesaikan masalah. Inilah yang sedang dikembangkan, bagaimana siswa bisa
menyelesaikan urusannya sendiri tanpa harus dibukakan solusi guru.
Future (Penerapan):
Berharap
pembelajaran ke depan menggunakan pendekatan sosial emosional dan
berdiferensiasi serta menggunakan model coaching, karena setiap siswa mengalami
masalah yang berbeda-beda dan membutuhkan penanganan khusus. Saya akan
kolaborasi dengan guru BK untuk membantu siswa terkhusus yang punya
masalah-masalah belajar. Saya mencoba menelusuri dengan kesepakatan, pemetaan
kelas sesuai dengan minat, bakat, niat, profil hinga kebutuhan siswa, kesiapan
siswa dan membiasakan budaya positif budaya rutin dan terintegrasi dengan
kegiatan belajar serta melakukan kegiatan baru berbasis protokol budaya
positif.