Jurnal
ke -11 Kegiatan Pembelajaran
Sosial dan Emosional
Memasuki Minggu ke 11 CGP
mendapatkan materi yang sangat berarti yakni Pembelajaran berbasis Sosial
Emosional. Pembelajaran
sosial emosional adalah proses mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai
yang diperlukan untuk memperoleh kompetensi sosial dan emosional sebagai modal
anak dalam berinteraksi dengan dirinya, orang lain dan lingkungan sekitar.
Pembelajaran Sosial dan emosional adalah pembelajaran
tentang kesadaran diri untuk memahami dirinya sendiri dan orang lain serta
adanya kemampuan untuk menghubungkan dirinya dengan dunia sekitar sehingga
terjadinya saling menghormati, menghargai, dan belajar bertanggung jawab atas
keputusan yang dibuatnya. Hal ini akan terbentuk apabila sekolah berkomitmen
dan menjalin kolaborasi dengan seluruh warga sekolah bahkan wali murid untuk
mewujudkan kondisi atau suasana dimana anak mampu belajar dari pengalamannya
untuk terus belajar. Apabila suasana belajar yang kondusif ini sudah terwujud
dan pikiran anak sudah bisa terbuka untuk terhubung dengan dunia luar, tentunya
mereka akan tergerak untuk belajar secara mandiri.
Pada jurnal 11 kali ini saya menggunakan Model 6 yakni :
Model
6: Reporting, responding, relating, reasoning, reconstructing (5R) Model
refleksi 5M diadaptasi dari model 5R (Bain, dkk, 2002, dalam Ryan & Ryan,
2013). Model 5M terdiri dari langkah-langkah berikut:
1.
Mendeskripsikan
(Reporting)
Memasuki materi 2.2 tentang Pembelajaran Sosial Emosional, CGP
terlebih dahulu melanjutkan belajar materi sebelumnya. Setelah mendalami materi
tentang Pembelajaran Berdiferensiasi, CGP memperoleh kesempatan melakukan
sintesis antar materi dan aksi nyata. Dalam melakukan sintesis materi, CGP
bekerja secara mandiri. Sedangkan saat aksi nyata, CGP berkolaborasi dengan
sesama CGP dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Berdiferensiasi dalam diskusi kelompok dilanjutkan membuat RPP sendiri berbasis
Diferensiasi. CGP melakukan sintesis antar materi untuk menemukan keterkaitan
dari materi Pembelajaran Berdiferensiasi dengan materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Sementara pada bagian Aksi Nyata, CGP membutuhkan upaya ekstra
keras untuk bisa menyusun RPP Berdiferensiasi.
CGP tidak mengalami kesulitan dalam menyusun keterkaitan antar
materi yang telah dipelajari. Hal ini karena dalam proses pembelajaran daring,
CGP telah menentukan pokok-pokok materi yang dipelajari dalam setiap modul. Hal
ini sebagai hasil belajar dari pengalaman sebelumnya saat masih awal mengikuti
program ini. Sementara dalam pelaksanaan Aksi Nyata, CGP berusaha memadukan RPP
yang sudah ada dengan menambahkan diferensiasi. Namun, ternyata tidak semudah
yang dibayangkan. Meskipun pada dasarnya sama dengan penyusunan RPP seperti
biasa, tetapi kendala tetap ada. Pengalaman menulis RPP sebelumnya hanyalah
dasar. Pengembangannya membutuhkan waktu lebih untuk mempelajari lebih lanjut.
Kendala terutama dalam melakukan pemetaan kebutuhan peserta didik. Pada sesi
latihan ini, RPP berdiferensiasi yang disusun masih belum menampakkan masalah
yang dihadapi murid.
Pada Modul 2.2 tentang Pembelajaran Sosial Emosional, CGP
melakukan refleksi pembelajaran sebelumnya yakni menyelesaikan paket pembuatan
SAC dengan tema Guru Penggerak, Videografi, Audiografi, Fotografi dan Desain
grafis. CGP di sini mulai mendapatkan kendala yakni banyak siswa yang belum
menyelesaikan tugas SAC dengan baik padahal waktu yang disediakan cukup banyak
apalagi menggunakan sistem Blocking
Curiculum tentunya siswa lebih bisa menyelesaikan tugas sesuai targetnya.
Namun kenyataannya tidak seperti rencana awal. Siswa yang sudah menyelesaikan
tugas SAC baru sekitar 20-25%. Tentunya membuat CGP merasa galau karena KBM
masih terbatas, PTM dan PJJ.
2.
Merespon
(Responding)
Merespons
kenyataan yang dihadapi CGP tersebut di atas, maka CGP mencoba melakukan ceklist pada elemen-elemen tagihan yang
harus dilengkapi sebagai syarat penyelesaian tagihan. CGP panggil tiap siswa
untuk menghadap dan menanyakan elemen apa saja yang sudah kerjakan sekaligus
croscek menanyakan kendala-kendala yang dihadapi siswa. Melalui aplikasi CGP
mengecek komponen tagihan yang harus disetorkan siswa dan ternyata memang
banyak yang belum disetorkan. Menyikapi hal ini CGP memberikan waktu lagi untuk
mengerjakan hingga selesai, dengan terpaksa CGP menyediakan waktu yang cukup
banyak hingga siswa boleh pulang asal laporan setoran tugas beres. Apabila
belum beres CGP minta tidak pulang dulu dan diberi waktu mengerjakan di depan
komputer hingga nampak ada progres tambahan yang berarti. Apabila dirasa ada
progres maka siswa boleh pulang dan bisa dilanjutkan esok hari sesuai jadwal
KBM.
3.
Mengaitkan
(Relating)
Di
masa pandemi seperti sekarang ini semua kegiatan tidak bisa berjalan selancar
seperti sebelumnya, dinamisasi perubahan demikian cepat dan harus direspons
pula dengan sangat cepat agar bisa menyesuaikan dengan aturan yang ada. Aturan
PTM terbatas dan PJJ sangat dinamis dan berubah setiap waktu. Inilah yang
menyebabkan kegiatan KBM lengkap dengan materi ajar yang telah dipersiapkan
berjalan tertatih-tatih terlebih lagi KBM berbasis proyek dan kendala siswa
yang tidak cukup alat untuk mengerjakan, Andalannya hanya di sekolah bisa
mengerjakan tugas. Terkait hal ini pula CGP menyadari untuk mengkolaborasi setiap
sesi KBM PTM terbatas digunakan semaksimal mungkin untuk menyelesaikan
tugasnya.
Demi
keterampilan, pengetahuan dan sikap yang selaras dengana cita-cita profil
pelajar Pancasila (guru tidak membully, tidak kekerasan, tidak memaksakan
kehendak, tidak memonopoli kreativitas) akhirnya siswa diberi kebebasan semua
tagihan tugas pekerjaan siswa diberikan waktu yang cukup. Jangankan masalah
tugas yang belum selesai dikerjakan siswa, nilai raport siswa yang masih di
bawah KKM pun masih bisa diremidi/direvisi sampai siswa bisa lulus dengan nilai
baik.
Berkaitan
dengan hal nilai raport pula CGP kali ini menyediakan waktu cukup siswa untuk
menyelesaikan/merevisi penugasan pembulatan Website Bisnis dari Blogspot dan
Wordpress agar layak dinilai BAIK. Tugas dari tanggal 1 – 7 Maret 2022 dengan
setoran Link alamat Blog/wordpress siswa yang sudah direhab sesuai kisi-kisi
yang diminta.
4.
Menganalisis
(Reasoning)
Menyikapi
siswa terlambat setoran tugas dan nilai raport di bawah KKM secara teori siswa
sekarang mengalami degradasi tanggung jawab, degradasi ketakutan alias semaunya
karena mendapatkan informasi bahwa apapun ceritanya siswa akan mendapatkan
penilaian yang baik dari sekolah. Sekolah akan pobia jika mendapati muridnya
masih banyak yang belum tuntas ini menunjukkan gurunya belum lolos uji
sertifikasi, gurunya perlu didiklat dan seterusnya apapun siswanya bisa lulus
dengan nilai baik.
Dari
kejadian siswa yang telat setoran tugas dan nilai di bawah KKM CGP menyikapinya
dengan tetapi berpegang teguh pada azas penilaian PAKEM seperti diberi waktu
mengerjakan, apapun tugasnya akan diskor oleh guru baik dan buruknya guru yang
akan menilai, guru melihat kemauan keras siswa memperbaiki diri sudah lebih
dari cukup untuk merevisi nilainya. Siswa datang tepat waktu, ada janji, ada
komitmen sudah point tersendiri untuk guru menilai.
5.
Merancang
ulang (Reconstructing)
CGP mencoba mereconstruksi kegiatan
agar terhindar dari jebakan siswa yang terlambat setoran tugas dan nilai raport
dibawah KKM dengan menerapkan sistem KBM
Tuntas, selesai KBM tugas pun selesai. Tidak ada PR (Pekerjaan Rumah) yang
dibawah pulang untuk dikerjakan. PR di rumah adalah bersosialisasi, membantu
orang tua, ibadah, berorganisasi, menyalurkan hobby, olah raga, picnik, dan
lain-lain bukan pekerjaan sekolah. Makanya KBM dikemas dalam paket / elemen
yang selesai dalam 2-4 jam dan harus nampak ending hasilnya.