Powered by Blogger.

Peserta CGP Angkatan 4 Kota Surakarta

Calon Guru Penggerak Mengikuti Lokakarya 3 di Hotel Royal Herritage Solo

Mural Untuk Solo Bangkit

Tergerak, Bergerak, Menggerakkan

Pengelolaan Kelas Daring di SMK N 6 Surakarta

Selama masa pandemi pembelajaran hanya bisa secara daring guru dituntut bisa menggunakan aplikasi meeting.

Kangguru Mas Guru

Filosofi Semar pada Pewayangan Jawa yang ngemong, momong dan tut wuri handayani .

Foto Section CGP angkatan 4 Kota Surakarta

Berlangsung di Lokakarya 3 - Hotel Royal Herritage Solo.

Foto Section CGP angkatan 4 Kota Surakarta

Berlangsung di Lokakarya 3 - Hotel Royal Herritage Solo.

Saturday, September 18, 2021

5 Perbedaan PNS dan PPPK


5 Perbedaan PNS dan PPPK

1. Jaminan Pensiun

Seorang PNS akan tetap menerima gaji selama masa pensiunnya, sedangkan PPPK tidak mendapatkan. Hal ini sebagaimana tertuang dalam UU No 5 Tahun 2014 pasal 21 dan 22, bahwa hanya PNS yang berhak atas jaminan pensiun dan jaminan hari tua.

2. Adanya Masa Perjanjian Kerja

Seorang PNS adalah pegawai tetap dan terikat sampai yang bersangkutan memasuki usia pensiun. Tetapi bagi PPPK disebutkan bahwa “Masa Hubungan Perjanjian Kerja bagi PPPK paling singkat 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan dan berdasarkan penilaian kinerja” (lihat PP No 49 Tahun 2018 pasal 37 ayat 1). Dalam hal ini, surat keputusan perpanjangan perjanjian kerja disampaikan oleh Pejabat Pembina kepada kepala BKN.

3. Masa Percobaan

Seorang PNS harus melalui masa percobaan dengan berstatus CPNS, selama masa percobaan harus mengikuti Diklat Prajabatan baru kemudian diangkat sebagai PNS. Sedangkan PPPK tidak ada masa percobaan (lihat UU No.5 Tahun 2014 pasal 28 dan PP No 49 Tahun 2018 pasal 7).

4. Sumpah/Janji

Setiap calon PNS pada saat diangkat menjadi PNS wajib mengucapkan sumpah/janji. Tidak demikian halnya dengan PPPK. Di PP No 49 tahun 2018 tidak menyebutkan adanya kewajiban mengucapkan sumpah/janji bagi PPPK.

5. NIP dan Nomor Induk PPPK

Seorang PNS memiliki nomor induk pegawai (NIP) secara nasional (lihat UU No.5 Tahun 2014 pasal 7 ayat 1), sedangkan bagi PPPK akan mendapatkan nomor induk PPPK (PP No 49 tahun 2018 pasal 29 ayat 4)

Demikian beberapa perbedaan antara PNS dengan PPPK. Kiranya masih ada lagi beberapa perbedaan yang belum admin sebutkan di atas. Untuk lebih lengkapnya, anda bisa membaca Peraturan Pemerintah Nomor 49 tahun 2018 tentang Manajemen PPPK dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara.

Tuesday, September 14, 2021

Tinjau Laksana Uji CASN di Solo, Mas Mentri Bilang "Semangat"

Wednesday, September 8, 2021

Cerpen Fiksi

*KAKAK BERADIK 👨‍👩‍👦‍👦👩‍👩‍👧*
_Menyentuh, menginspirasi sekali__
_Cerpen Fiksi_semoga bisa diambil hikmahnya 

Drrttt ... drrttt ... drrrtttt ....
Ponselku berdering. Gegas aku meraih benda pipih kesayanganku yang tak lagi bisa berdering sempurna tersebut di atas televisi. 

Kak Nilam memanggil.
Kuusap layar yang telah buram sesaat, sebelum mengangkat panggilan dari kakak tertuaku.

"Assalamu'alaimum, Kak," sapaku terlebih dahulu. 

"Walaikumsallam, Lisa. Besok, aku sama Ferdi mau ke sana. Kangen sama rumah lama," sahut Kak Nilam langsung memberi kabar yang membuat aku termangu. 

Setelah kepergian ibu 3 tahun silam, ini kali pertama kakak dan adikku yang kehidupannya telah sukses di kota menyambangiku kembali.

Dulu memilih menetap di kampung demi menjaga ibu yang telah sepuh. Sampai akhirnya aku menikah dengan Mas Waris yang berasal dari satu kampung.

"Lisa? Kamu masih di situ, kan?" 

"Eh, i-iya Kak. Iya. Besok, aku akan masakin makanan yang pasti Kak Nilam dan Ferdi suka," sahutku berusaha ceria. 

"Makasih ya, Lis!" 

Setelah bertukar salam, aku meletakkan ponsel kembali di atas televisi. Hatiku dilanda resah. Beras untuk makan kami berempat hanya tersisa untuk besok saja. Bila Kak Nilam dan Ferdi datang sekeluarga, itu artinya akan bertambah dua kali lipat. 

Mas Waris hanya seorang pekerja serabutan. Sudah seminggu ia belum bekerja. Kadang ajakan kerja ada, tapi jarak tempuh jauh, sedangkan kendaraan yang kami miliki hanya sebuah sepeda tua. Bila sudah begini, untuk biaya hidup kami, aku tak segan menyusuri sungai kecil dan rawa-rawa. 

Mengais rejeki dengan memetik kangkung dan genjer yang tumbuh di tepi sungai dan rawa untuk diikat, lalu kutawarkan pada warga kampung adalah yang lumrah bagiku. Tak banyak memang hasilnya, tapi cukup sekedar untuk membeli beras.

"Mas, besok Kak Nilam dan Ferdi mau datang," ucapku pada Mas Waris yang sedang membolak-balik tanah pekarangan yang sempit dengan cangkul untuk menanam cabai dan tomat.

Mas Waris menatapku sesaat, lalu meletakkan cangkul. Seolah mengerti kerisauanku, dia berkata," aku akan periksa 'Bubu' di sungai.

Aku mengangguk dan menatap punggung pejuang nafkahku itu hingga kejauhan.  Untuk lauk, kami memang selalu mengandalkan hasil perangkap ikan bernama 'bubu' yang dipasang di sungai. 

Pandanganku kini beralih pada dua ekor ayam jantan kesayangan Widan-anak bungsuku yang berusia 6 tahun. Bergegas aku ke kamarnya. 

"Nak, besok Indah sama Faris mau datang. Boleh enggak, ayamnya ibu tukar sama beras dulu? Nanti kalau ada uang, ibu beli ayam yang baru?" kuusap lembut kepala anakku sambil bertanya.

Wildan menatapku sebentar, lalu mengangguk. Mendengar sepupunya yang sebaya akan datang saja, dia sudah sangat senang. 

"Terima kasih, Nak," kucium penuh haru pucuk kepala anakku. 

Tanpa pikir panjang aku langsung menangkap dua ekor ayam jago tersebut, lalu membawa ke warung sembako terdekat. 

Setelah tawar menawar sebentar,  akhirnya aku berhasil membawa pulang beras sebanyak 5 kg, bawang merah, bawang putih, minyak goreng, telur, gula, teh, dan kopi secukupnya. Tak lupa kubeli beberapa bungkus jajan untuk menyambut keponakanku besok. 

Keesokan harinya, Kak Nilam dan Ferdi benar-benar datang dengan mengendarai mobil masing-masing. Aku tersenyum bahagia dengan pencapaian dua saudaraku tersebut. Istri Ferdi seorang wanita karir, dan suami Kak Nilam seorang pengusaha sukses.

Wajar jika dulu mereka berdua langsung menyerahkan begitu saja, rumah peninggalan orang tua kami beserta seluruh isinya padaku dan Mas Waris.

Walau terbersit rasa minder, namun aku tetap menyambut kedua saudaraku yang datang tepat di jam makan siang tersebut dengan senyum lebar. Aku langsung mengajak mereka bersantap dengan menu yang sangat sederhana. 

Ikan gabus dan telur bumbu bali, tumis kangkung, kulupan jantung pisang, dan   ikan puyu bakar dilengapi cacapan mangga muda rupanya menggugah selera kedua saudaraku. Beruntung, keponakan dan ipar-iparku dari kota juga menyukai makanan ala desa yang kusuguhkan.

"Berasa makan masakan ibu," gumam Ferdi  setelah makan. 

Aku dan Kak Nilam tersenyum. Dulu menu yang kusuguhkan memang akrab dengan mereka berdua saat kami masih tinggal bersama. 

Usai makan siang, Kak Nilam dan Ferdi berjalan-jalan sambil mengenang masa kecil mereka dengan tetangga sekitar.  Anak-anak kami pun bercengkrama hingga sore hari. 

Malam hari, kami melanjutkan obrolan dengan bernostalgia mengenang saat-saat kedua orang tua kami masih lengkap. Sesekali Ferdi dan Kak Nilam bertanya tentang kegiatan Mas Waris.

***
Keesokan paginya, Kak Nilam dan Ferdi sudah siap-siap ke kembali ke kota. Malu-malu aku menyuguhkan sarapan nasi goreng putih seadanya dan telur dadar sebelum mereka pulang. 

Tapi Kak Nilam dan Ferdi begitu senang menikmati makanan, yang selalu mereka kaitkan dengan masakan ibu. Ya, dulu itu memang menu sarapan andalan kami sebelum berangkat sekolah.

Ah, aku begitu terharu. Kak Nilam dan Ferdi, membuat aku yang tak punya apa-apa ini merasa begitu dihargai. Sayangnya, tak ada  apa-apa yang bisa kuberikan pada mereka sebagai oleh-oleh layaknya orang yang baru saja pulang kampung.

Saat hendak pulang, Susan-anak Kak Nilam merengek ingin membawa satu-satunya boneka kesayangan Dila anak pertamaku. Dila langsung merelakan bonekanya dibawa oleh Susan. Aku senang, karena masih ada yang bisa kuberikan pada keponakanku yang tak kurang apapun itu. 

Aku melepas kepergian kedua saudaraku dengan air mata berlinang. Sungguh, aku masih rindu. Dulu, dengan selisih usia masing-masing 2 tahun, tak ada hari yang terlewatkan tanpa pertengkaran antara kami bertiga. Tapi itulah cara kami bertiga berbagi kasih sayang. 

Aku berbalik membawa kesedihanku ke rumah. Dila dan Wildan pun banyak diam. Aku merasa bersalah, karena mengorbankan ayam kesayangan Wildan, dan boneka Dila. Aku janji, akan mengganti  secepatnya bila ada rejeki nanti. 

Beberapa saat kemudian, pintu rumah di ketuk. Pak Zainal, pemilik warung langgananku datang menyerahkan sebuah kardus besar, lalu menurunkan dua karung beras dengan bobot masing-masing 20 kg, dari sepeda motornya.

"Buat siapa ini, Pak?" tanyaku heran.

"Ya buat Mbak Lisa, toh. Kemaren kakaknya Mbak jalan-jalan ke warung, dan beli ini semua katanya titip buat Lisa. Tapi pesannya kalau mereka sudah pulang baru boleh saya antar."

Hanya ucapan terima kasih yang mampu kuucapkan setelah mendengar jawaban dari Pak Zainal. Selanjutnya, air mata jatuh tanpa bisa kukendalikan melihat isi kardus. Sembako lengkap, cukup bahkan lebih bagiku yang terbiasa irit untuk hidup sebulan ke depan. 

Aku menelpon dan mengucapkan terima kasih pada adik dan kakakku bergantian, sambil terisak. 

Dua hari kemudian, sebuah mobil Pick Up berwarna hitam singgah di depan rumah, dan tiga orang dengan cekatan menurunkan sebuah sepeda motor bekas tapi masih sangat layak pakai, dan sebuah kardus. 

Aku tercengang saat pengantar barang mengatakan titipan dari Ferdi dan Kak Nilam. Sebuah kardus dengan tulisan untuk Dila dan Wildan langsung di serbu oleh kedua anakku.

Aku sendiri langsung meraih ponsel ingin menelpon kedua saudaraku. Tapi, terlebih dahulu pesan dari mereka berdua masuk. 

[Istriku beli motor baru, daripada yang satu tidak terpakai mungkin bisa digunakan oleh Kak Waris kerja, atau ngantar kakak kemana-mana] pesan dari Ferdi. 

Ah, adik kecilku itu, dia hanya tak mau mengakui terang-terangan bahwa kasihan padaku, kakak yang dulu sering membuatnya menangis karena  kalah saat rebutan jajan, walau akhirnya tetap lebih banyak untuk Ferdi. 

Dengan tangan gemetar kubalas pesannya. Aku lupa niatku tadi menelpon. 

[Tapi ini mahal, Fer. Apa istrimu enggak keberatan?]

[Enggak Kak. Itu engga ada apa-apanya dibanding waktu dan tenaga yang Kakak habiskan, dua tahun mengurus ibu sakit seorang diri dulu] balasan dari Ferdi yang membuatku luruh dalam tangis haru. Mas Waris pun ikut menitikkan air mata di sebelahku.

Aku menoleh pada kedua anakku di samping Kardus tersebut berisi 3 boneka baru, dan beberapa lembar baju untuk mereka berdua. Kubuka pesan dari Kak Nilam. 

[Kemaren Susan sama Rudi jalan-jalan ke Mall. Banyak barang diskonan, jadi  beli sekalian buat Dila dan Wildan. Dan anting itu, aku sudah bosan sama modelnya. Kayaknya cocok di telingamu] 

Aku tertegun. Anting? Kurogoh bagian bawah di dalam kardus, dan benar ada sebuah kotak kecil. Tanganku gemetar membuka kotak tersebut. Ini anting Kak Nilam yang dia pakai saat kesini kemaren. Aku segera menelponnya. 

"Kak, apa-apaan ini. Ini anting mahal. Yang kerja Kak Rahman bukan Kakak. Ini berlebihan. Nanti kukembalikan aja," tolakku benar-benar sungkan pada suaminya walau aku tahu, harga benda tersebut mungkin hanya senilai uang jajan anak Kak Nilam sebulan. 

"Kalau kamu mau kembalikan, berarti kamu enggak anggap aku kakakmu? Bukankah Kakak memang harus berbagi dengan adiknya? Kamu lupa, dulu aku sering mengambil jatah uang sakumu dan membuat ibu marah? Kata ibu, kakak itu harusnya memberi adiknya, bukan mengambil!" ucap Kak Nilam sambil tertawa kecil kembali mengingat masa kecil kami.

Aku tak kuasa menahan air mata. Setelah mengucapkan terima kasih, aku langsung menutup sambungan telpon dan menumpahkan tangis bahagia sambil memeluk kedua anakku. 

Terngiang kembali ucapan ibu sewaktu kami bertiga sering bertengkar dulu. "Terus saja betengkar, nanti kalau kalian sudah punya keluarga masing-masing dan saling berjauhan, baru kalian tahu apa artinya saudara."

Dan kini aku tahu, bahwa saudara kandung itu lebih berharga daripada harta dan tahta. 

Kakak beradik ....
Dilahirkan dari rahim yang sama.
Dibesarkan dengan makanan yang sama.
Tinggal di dalam rumah yang sama. 
Namun di atas nasib dan takdir yang berbeda. 

Saudara yang hidup dalam kekurangan belum tentu ujian untuk hidupnya sendiri. 
Bisa jadi kekurangannya juga ujian bagi saudaranya yang lebih mapan. 

Ujian untuk melihat, apakah yang mapan akan membentang jarak lalu melambaikan tangan dan menjauh, atau sebaliknya memangkas jarak lalu mengulurkan tangan, hingga keduanya bisa berdiri sejajar.

#Repost_dari_KBM_Old.. 
Baru sempat baca nih🙏 Harus menyiapkan tissue untuk menyapu air mata😭😭. Sangat menginspirasi sekali . Sebagai pesan pengingat untuk diri sendiri.
Semoga semakin sering menjalin silaturahmi dg saudara sendiri. Walau dengan jarak yang jauh diseberang pulau walau hanya deringan telepon yang memanggil hati menjadi senang. Masyaallah. 

 Alhamdulillah luar biasa inspirasi ini🤲 Terimakasih👍👍

Saturday, September 4, 2021

Elang dan Ular

*Mengubah pola DO'A*

Elang tidak melawan ular di tanah
Ia mengangkatnya ke langit dan mengubah medan pertempuran dan kemudian membawa terbang ular itu ke langit.
Ular itu tak lama kemudian jadi tidak memiliki stamina, tidak memiliki kekuatan dan tidak ada keseimbangan di udara, juga tidak berguna, lemah dan rentan tidak seperti di tanah dimana ia sangat kuat dan mematikan..

Jika kita umpamakan ular itu adalah persoalan hidup yang melilit kita maka bawalah persoalan kita itu ke alam spiritual (ke langit) dengan berdo'a 

Dan ketika kita berada di alam spiritual, maka Allah pun segera akan mengambil alih pertempuran tersebut..

Jangan melawan musuh di zona nyamannya ubah Medan pertempuran seperti elang dan biarkan Allah mengambil alih melalui do'a tulus kita..

Mari tetap berjuang menuju kemenangan,
Jangan pernah lelah/mengeluh

Yakini semua pasti akan baik dan indah pada akhirnya..

#JanganLupaBersyukur
Dikutip dari ; FB Wirausaha Yuk

Friday, September 3, 2021

Makanan Gosong

MAKANAN GOSONG TIDAK MENYAKITI SIAPAPUN...
Mantan presiden India, DR. Abdul Kalam berkata:
“Waktu aku masih kecil, ibuku memasak makanan untuk kami. Suatu malam dia membuat makan malam setelah seharian bekerja keras,
Ibu meletakan sepiring ‘sabzi’ dan roti gosong didepan Ayahku.

Aku menunggu untuk melihat apakah ada respon negatif dari ayah terhadap  roti gosong itu. 

Ternyata Ayahku tenang saja makan rotinya, ayah bertanya padaku bagaimana  kegiatan disekolahmu hari ini.?

Aku tidak ingat apa yang kukatakan padanya malam itu, tapi yang aku ingat aku mendengar Ibu meminta maaf kepada Ayah atas roti yang gosong itu.

Aku tak akan pernah lupa yang ayah katakan.., sambil tersenyum ayah mengatakan ;
“Sayang..., aku sesekali  suka makan roti gosong” sambil mencium kening ibu

Malamnya, sebelum tidur... aku mencium Ayah, mengucapkan selamat malam. Aku bertanya apa Ayah benar-benar menyukai rotinya yang gosong.

Ayah memelukku: 

“Ibumu melalui hari yang berat dengan pekerjaan hariannya dari bangun sampai tidur lagi,   dan tentu ibumu benar-benar lelah.

Roti gosong tidak pernah menyakiti siapapun, Kata-kata kasarlah yang akan "menyakiti” hati ibumu.

“Kau tahu nak..? hidup ini penuh dengan hal-hal yang tidak sempurna dan orang-orang yang tidak sempurna. 

Ayahpun bukan lelaki sempurna, belajarlah untuk menerima "ketidak sempurnaan itu”... supaya kamu bisa menikmati kebahagiaan bersama keluargamu nanti....

Dikutip dari FB Aneka Makanan

GOOD TEACHER vs BAD TEACHER


A good teacher costs a lot. But a bad teacher costs more. 
Menghasilkan guru yg baik membutuhkan biaya yg mahal. Tapi guru yg buruk justru akan menghabiskan biaya yg jauh lebih banyak (dalam jangka waktu yg lama pula).
Pernahkah kita benar-benar memperhatikan apa pengaruh dari guru yg baik dan dampak dari guru yg buruk pada siswa?
Karena saya pernah mengajar di sekolah  internasional dan bertemu dengan guru-guru hebat dari berbagai negara maka saya bisa membedakan guru yg hebat dan guru yg memble. Guru yg hebat benar-benar mengerahkan seluruh kapasitasnya utk memberikan pengalaman belajar yg terbaik bagi siswa-siswanya. Mereka itu benar-benar bisa menjelma menjadi sosok dewa sekaligus pahlawan bagi siswanya. Sedangkan guru yg memble bahkan tidak tahu mengapa ia harus berada di depan siswanya. Ia menyiksa siswa dengan kehadirannya dan juga merasa tersiksa di kelas dalam setiap menitnya. Ada yg lebih buruk, yaitu guru yg selalu berpikir utk mengeksploitasi siswanya utk kepentingan pribadinya. Guru-guru semacam ini adalah bencana bagi dunia pendidikan dan harus segera didepak dari sekolah. Sayangnya sistem kepegawaian PNS kita tidak memiliki mekanisme tersebut dan kita harus terus membayar biaya-biaya kerugian yg dihasilkan dari guru-guru buruk tersebut.
Dunia pendidikan kita memang cukup banyak diisi oleh model guru yang sebenarnya tidak layak berdiri di hadapan siswa selain karena tidak kompeten juga baik pikiran dan jiwanya tidak ada di sekolah.  
Dan negara harus terus membiayai guru-guru semacam ini (and yet still comparing and hoping to copy Finland). 😯

Dikutip dari FB IGI

Nasehat Pak Ganjar

Jare pak Ganjare😀

Wong lanang yen wis duwe bojo, rasah gampang kepincut karo wong wedok sing mbok kiro luwih apik timbang bojomu.

Rausah kepengen sing ayu, sugih, romantis, perhatian, koyo bojone kancanmu, koyo bojone tonggomu.

Tak kandani mas. Asline...
kabeh wong wedok iku rasane podo.

Sak apik"e wong wedok mesti ono elek'e.
Ketoro apik mergo kowe durung weruh elek'e.
Sak elek"e wong wedok mesti ono apik'e.
Ketok elek mergo durung weruh apik'e.

Bojo sing wis ono kui disyukuri. Yen kurang siip alon2 di dandani.diragati 
Wong jomblo tahun tahunan menanti pasangan iku pirang pirang mas.
Masalahe dudu wong wedok iku apik utowo elek mas, masalahe sampean dewe sing kurang pinter memaknai. 
Susah seneng mlaku bareng, seng wes Ono di syukuri Kanti ikhlas Lego 
Insyaallah berkah

Dikutip dari : FB Pak Gajar Pranowo
Gubernur Jawa Tengah

Tanah dan Emas

EMAS berkata pada TANAH “Coba lihat pada dirimu, suram dan lemah, apakah engkau memiliki cahaya mengkilau seperti aku.......???
Apakah engkau berharga seperti aku....... ???”
TANAH menggelengkan kepala dan menjawab, “Aku bisa menumbuhkan bunga dan buah, bisa menumbuhkan rumput dan pohon, bisa menumbuhkan tanaman dan banyak yang lain, apakah kamu bisa....... ???”

EMAS pun terdiam seribu bahasa......!!!!! Dalam hidup ini banyak orang yang seperti EMAS berharga, menyilaukan tetapi tidak bermanfaat bagi sesama.
Sukses dalam karir, rupawan dalam paras, tapi sukar membantu apalagi peduli.

Tapi ada juga yang seperti TANAH. Posisi biasa saja, bersahaja namun ringan tangan siap membantu kapanpun.
.
Makna dari kehidupan bukan terletak pada seberapa bernilainya diri kita, tetapi seberapa besar bermanfaatnya kita bagi orang lain.
Jika keberadaan kita dapat menjadi berkah bagi banyak orang, barulah kita benar- benar bernilai.
.
Apalah gunanya kesuksesan bila itu tidak membawa manfaat bagi kita, keluarga dan orang lain.
Apalah arti kemakmuran bila tidak berbagi pada yang membutuhkan.
Apalah arti kepintaran bila tidak memberi inspirasi di sekeliling kita.
Karena hidup adalah proses, ada saatnya kita memberi dan ada saatnya kita menerima.
.
.
Repost @semangatberbagi_official

Diakui Aman Oleh WHO, Vaksin Nusantara Rupanya Tak Hanya Untuk Covid-19 Tapi Juga Ampuh Cegah 2 Virus ini.*


JaktimNews

2021/08/22 17:10

Buktikan Kemanjuran Vaksin Nusantara, Guru Besar Unair: Jalan Keluar Pandemi COVID-19 /Tangkapan layar YouTube Siti Fadilah Channel

JakTimNews.com - 
*Vaksin Nusantara yang digagas dr Terawan Agus Putranto ini, dikabarkan tak hanya mencegah Covid-19 saja.*

Namun, Vaksin Nusantara bisa mencegah beberapa virus, seperti *demam berdarah, Ebola dan HIV (human immunodeficiency virus).*

*Sebab penelitian Vaksin Nusantara atau imunoterapi dengan dendritik sel terus berlanjut.*

Menurut penelitian, Imunoterapi dapat memperlambat, menghentikan perkembangan sel kanker, serta mencegahnya menyebar ke organ lain.

Menurut Siti Fadilah, imunoterapi tersebut diyakini bisa menuntaskan masalah pandemi Covid-19.

Bahkan penyakit lainnya. Terlebih, kalangan lanjut usia (lansia) dan penderita komorbid, terapi ini jauh lebih aman dibandingkan vaksin konvensional.

*"Sebelumnya, dendritik sel tersebut adalah teknologi untuk melawan penyakit kanker, akan tetapi Terawan berhasil mengubahnya menjadi vaksin untuk infeksi Covid-19,"* jelas Siti Fadilah, pada kanal YouTubenya, dikutip Minggu 22 Agustus 2021.

Sementara Guru Besar Ilmu Biokimia dan Biologi Molekular Unair Prof drh Chairul Anwar Nidom sangat berharap Vaksin Nusantara sebagai solusi.

Vaksin Nusantara juga mungkin berguna untuk penyakit-penyakit lainnya.

Prof Dr mengatakan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari Vaksin Nusantara.

*"Saya berharap inilah jalan keluar dari pandemi atau dari virus-virus yang tidak bisa didekati dengan vaksin konvensional. Bahkan, dengan Vaksin Nusantara, berbagai penyakit dapat diatasi seperti demam berdarah, HIV, Ebola,"* katanya.

Ia mengungkapkan tidak ada kipi (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) seperti yang disebutkan BPOM.

*"Orang disuntik Vaksin Nusantara tidak ada tuh, yang di Surabaya ga ada tuh, mereka malah aktif senam dan sebagainya,"* ujarnya.

Vaksin Nusantara buatan asal Indonesia rencananya akan di pesan negara Turki sebanyak 5,2 juta dosis.

Sebelumnya, Vaksin Nusantara yang digagas dr Terawan Agus Putranto tuai pujian, dari ahli dan Guru Besar Ilmu Biokimia dan Biologi Molekular Unair Prof drh Chairul Anwar Nidom.

Ini diungkapkannya pada pada kanal YouTube Siti Fadilah Supari bertema Siti Fadilah & Nidom: Vaksin Nusantara, Harapan Yang Tertunda.

*Dalam perbincangan antara Siti Fadilah dan Prof Nidom sapaannya bahwa "Turki" sudah memesan Vaksin Nusantara ini.*

*"Saya dengar, katanya Turki sudah memesan sebanyak 5,2 juta dosis,"* ucapnya.

Prof Nidom memuji gagasan Letjen (purn) Terawan Agus Putranto, yang telah membuat Vaksin Nusantara itu.

*"Saya terus terang salut dengan Pak Terawan mencetuskan ide itu, bisa membelokkan dendritik sel yang untuk kanker digunakan untuk infeksi. Itu hebat benar,"* ungkap Nidom.

*Guru Besar Ilmu Biokimia dan Biologi Molekular Unair itu berharap Vaksin Nusantara sebagai solusi tepat, untuk Pandemi Covid-19.*
(JTN)

Klik untuk baca artikel:
http://share.babe.news/s/FkUQhTvZTR

Wednesday, September 1, 2021

kaya itu keniscayaan sebagai Insan Ekonomi

Membaca tulisan Bp.Mario Teguh seperti image di bawah ini :

Telah mengundang netizen dengan komentar berikut :
*Hidup bukan untuk cari kaya pak..Tapi cari bahagia.. Kaya bukan jaminan orang bahagia Tapi bagi yang bahagia itu lah orang kaya* sebenarnya. 
Namun jawaban Mario Teguh sang Motivator itu cukup telak dan mencerahkan. Seperti ini jawabannya:
Putra Marapi Yang banyak uang saja, belum tentu bahagia, apalagi yang tidak punya uang.

Sulit sekali untuk berbahagia saat tidak ada uang untuk membiayai kesehatan dan kesejahteraan orang tua, keluarga, dan diri sendiri.

Kurangi menggunakan slogan yang digunakan oleh orang yang menyepelekan nilai uang bagi kebaikan hidup.

Kita ini insan ekonomi. 

Uang memang bukan segalanya, tapi hampir segalanya butuh uang.

Sebaiknya kita lebih ikhlas menerima keharusan untuk bertangggung-jawab bagi kesejahteraan kita dan keluarga tercinta.

Kaya itu bukan berlebihan, kaya itu mampu membangun kehidupan dunia yang baik, yang memantaskan kita bagi kehidupan akhirat yang baik.

Semoga Anda dan keluarga tercinta dilimpahi dengan rezeki penuh berkah.

Aamiin ... 🙏💖🙏

Dikutip dari FB Mario Teguh.

Bagaimana menurutmu??