JURNAL REFLEKSI 19
Pemimpin Dalam
Pengelolaan Sumber Daya
CGP
menggunakan Refleksi 4F
Seperti
yang kita ketahui bersama, sekolah wajib membangun ekosistem yang dapat
merangsang kreativitas untuk menunjang keberhasilan tujuan pendidikan.
Keberhasilan sebuah proses pembelajaran sangat tergantung pada cara pandang
sekolah melihat ekosistemnya: apakah sebagai kekuatan atau sebagai kekurangan.
Sekolah yang memandang semua yang dimiliki adalah suatu kekuatan, tidak akan
berfokus pada kekurangan tapi berupaya pada pemanfaatan aset yang dimiliki.
Pada
tanggal 9 Mei 2022 CGP angkatan 4 memasuki Modul 3.2 Pemimpin Pengelolaan
Sumber Daya yang terdiri atas tema Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Forum
Diskusi, Ruang Kolaborasi dan lain-lain. (akan dibahas pada Jurnal 20). Pada
Modul 3.2 saya diberi banyak materi terkait pengelolaan sumber daya sekolah
baik biotik (manusia dan benda yang hidup) maupun abiotik (sarana, prasarana
sekolah/ benda bergerak tak bergerak) untuk diberdayakan seoptimal mungkin guna
mendukung keberadaan siswa dan warga sekolah dalam belajar dan mengajar.
Pada Sesi
Mulai dari Diri, ada beberapa
pertanyaan yang harus dijawab oleh CGP yakni :
Ingatlah
kembali sosok pemimpin yang pernah Anda tahu selama berprofesi sebagai guru,
seperti apakah sosok pemimpin yang Anda ingat itu? Hal apa yang paling Anda
ingat dari sosok pemimpin tersebut?
Jawab : Kepala Sekolah saya
yang sangat menginspirasi bernama. Bp Mochtingudin dan alm.Tenang Pranata. Mereka
punya visi yang jelas, bisa menjalankan, bisa mengawal, bisa menggerakkan dan bisa
memotivasi. Bijak dalam tutur kata selalu memuji hasil karya orang bukan dengan
gila hormat tetapi bisa menghargai prestasi. Mereka juga disiplin, detail dalam
rencana dan aksi. Tidak banyak bicara tetapi semua,mau bekerja dengan suka
cita.
Setelah
mengingat sosok pemimpin yang Anda tahu, menurut Anda pribadi seperti apakah
sosok pemimpin yang ideal? Apa saja sebetulnya tugas seorang pemimpin?
Jawab : pemimpin ideal adalah mereka
yang memotivasi tanpa merasa berat hati, menggerakkan tanpa merasa digerakkan
tapi tergerak, bekerja tanpa diperintah. Tugas Pemimpin adalah menggerakkan.
Memotivasi, mengevaluasi, memonitor, membimbing, memberi solusi, memberi
perintah dengan tanpa keterpaksaan dikerjakan oleh anggota/bawahan.
Masih
ingatkah kita apa yang dimaksud dengan ekosistem saat belajar Biologi
dulu? Apabila kita menganggap sebuah sekolah adalah sebuah
ekosistem, apa sajakah faktor-faktor yang memengaruhi ekosistem sekolah?
Tuliskan pada kolom di bawah ini.
Jawab
: faktor mempengaruhi ekosistem sekolah :
1. Guru
2. Kebijakan
3. Sumber daya
4. Lingkungan
5. Siswa dan warga sekolah
Apa
yang Anda ketahui tentang peran seorang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya
di sekolah? Apa saja sumber daya yang dimiliki oleh sekolah?
Jawab : pemimpin harus mampu mengelola
aset, mengelola sumber daya, mengoptimalkan sumberdaya serta menggerakkan
sumber daya.
Bagaimana
Anda menggambarkan posisi diri Anda dalam ekosistem sekolah? Berikanlah
gambaran diri Anda dengan menyebutkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
dalam pengelolaan sumber daya sekolah.
Jawab : saya hanya seorang guru
Multimedia yang pernah menjadi Kapro jurusan Multimedia dan pernah sebagai
ketua ICT, pernah memelopori berdirinya sekolah RSBI awal, pernah membuka jalan
untuk memperoleh ijin diklat abacus untuk jurusan Pariwisata. Serta pernah
memelopori dibukanya jurusan Multimedia, Broadcasting, Rekayasa Perangkat Lunak
(RPL), mengawali pemberitaan menggunakan website dan mengelola website sekolah,
Facebook Alumni dan mengembangkan Channel Youtuber bernama Viska TV Solo
sebagai ajang kreativitas siswa dan guru dalam pemberitaan berbasis video.
Kelemahannya tidak banyak yang menghargai hasil kerja ini, semua
dianggap seperti sudah sejalan sebagaimana biasa bahkan karier pun tidak terdukung
dengan baik. Misalnya menjadi WAKA atau Tim unit lain setelah semuanya
terwujud. Itulah yang ada pada perasaan saya saat itu, namun kelemahan itu
menjadi kekuatan mana kala saya gunakan waktu untuk mengikuti pelatihan dan
pengembangan diri lain seperti sekarang ini sedang mengikuti pendidikan Guru
Penggerak yang hampir paripurna.
Apa saja harapan pada
diri Anda sebagai seorang pendidik, pemimpin, dan pada murid setelah
mempelajari modul ini?
Jawab
: Diri : berharap bisa mengelola hati, emosi, orang dan barang dg efektif,
efisien. Murid : berharap modul ini berdampak bagi murid dlm mengoptimalkan
seluruh aset sekolah untuk kepentingan murid. Sekolah : berharap sekolah
menjadi wadah memupuk prestasi, menumbuhkan karier, menghargai prestasi dan
kinerja dengan apresiasi yang tepat.
Apa
saja kegiatan. Materi, manfaat, yang Anda harapkan ada dalam modul ini?
Jawab : Kegiatan : diskusi,
presentasi, essay dan tanya jawab, Materi : leadeship dlm pengelolaan aset.
Tata kelola keuangan, Manfaat : mampu mengelola aset sekolah utk kepentingan
murid
Pada Sesi
Eksplorasi Konsep
Mandiri. CGP banyak melakukan eksplorasi mandiri dengan menelaah konsep dasar
tentang pengelolaan sumber daya dan kemudian mendiskusikannya bersama dengan
CGP lainnya pada Forum Diskusi. Adapun materi pemantik yang dikemas
dalam halaman penomoran yakni : Eksosistem
merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup
dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang
saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu.
JIka diibaratkan sebagai sebuah
ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur
yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling
berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras
dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling
memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor
biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah:
- Murid
- Kepala
Sekolah
- Guru
- Staf/Tenaga
Kependidikan
- Pengawas
Sekolah
- Orang Tua
- Masyarakat
sekitar sekolah
Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan,
faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan
proses pembelajaran di antaranya adalah:
- Keuangan
- Sarana dan
prasarana
Pendekatan berbasis
kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking)
akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan
apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara
pandang negatif. Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang
menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Semakin lama,
secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak
nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan
peluang yang ada di sekitar.
Pendekatan
berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah
sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi
yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri.
Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang
positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir,
kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi
inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.
Perbedaan antara
pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan berbasis aset dapat dilihat
dari tabel di bawah ini.
Berbasis pada kekurangan/masalah/hambatan |
Berbasis pada aset |
Fokus pada masalah dan isu |
Fokus pada aset dan kekuatan |
Berkutat pada masalah utama |
Membayangkan masa depan |
Mengidentifikasi kebutuhan dan kekurangan – selalu bertanya apa yang
kurang? |
Berpikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan kekuatan untuk mencapai
kesuksesan tersebut. |
Fokus mencari bantuan dari sponsor atau institusi lain |
Mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan) |
Merancang program atau proyek untuk menyelesaikan masalah |
Merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan |
Mengatur kelompok yang dapat melaksanakan proyek |
Melaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan |
(Green & Haines,
2010)
Asset-Based Community Development (ABCD) yang selanjutnya akan kita
sebut dengan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) merupakan suatu
kerangka kerja yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann, di mana
keduanya adalah pendiri dari ABCD Institute di Northwestern University. ABCD
dibangun dari kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh
anggota komunitas, kekuatan perkumpulan lokal, dan dukungan positif dari
lembaga lokal untuk menciptakan kehidupan komunitas yang berkelanjutan
(Kretzman, 2010).
Pendekatan
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) muncul sebagai kritik terhadap
pendekatan konvensional atau tradisional yang menekankan pada masalah,
kebutuhan, dan kekurangan yang ada pada suatu komunitas. Pendekatan tradisional
tersebut menempatkan komunitas sebagai penerima bantuan, dengan demikian dapat
menyebabkan anggota komunitas menjadi tidak berdaya, pasif, dan selalu merasa
bergantung dengan pihak lain.
Pendekatan
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) menekankan pada nilai, prinsip dan
cara berpikir mengenai dunia. Pendekatan ini memberikan nilai lebih pada
kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh
komunitas. Dengan demikian pendekatan ini melihat komunitas sebagai pencipta
dari kesehatan dan kesejahteraan, bukan sebagai sekedar penerima bantuan.
Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan
aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar
menjadi lebih berdaya guna. Kedua peran yang penting ini menurut Kretzman
(2010) adalah jalan untuk menciptakan warga yang produktif.
Pendekatan
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset menekankan kepada kemandirian dari
suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan
bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan
demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan.
Pendekatan
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berfokus pada potensi aset/sumber
daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Selama ini komunitas sibuk pada
strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang dihadapi.
Pendekatan PKBA
merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak yang ada di dalam
sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven development.
Di dalam buku ‘Participant Manual of Mobilizing Assets for Community-driven
Development’ (Cunningham, 2012) menuliskan perbedaannya dengan pendekatan
yang dibantu oleh pihak luar. Penjelasan yang ada sebetulnya ditujukan
untuk pengembangan masyarakat, namun tetap bisa kita implementasikan pada
lingkungan sekolah karena sebetulnya adalah miniatur sebuah tatanan masyarakat
di suatu daerah.
- Perubahan masyarakat yang signifikan karena warga lokal dalam
masyarakat tersebut yang mengupayakan perubahan. Apabila kita aplikasikan
ke lingkungan sekolah dan seluruh warga sekolah berupaya melakukan
perubahan maka perubahan tersebut pasti akan terjadi.
- Warga masyarakat akan bertanggung jawab pada yang sudah mereka
mulai. Dengan demikian setiap warga sekolah akan bertanggung
jawab atas apa yang sudah dimulai.
- Membangun dan membina hubungan merupakan inti dari membangun
masyarakat inklusif yang sehat. Membangun dan membina hubungan
antar warga sekolah, seperti hubungan guru-guru, guru – kepala sekolah,
guru – murid – guru, guru – staf sekolah – guru, staf sekolah – murid –
staf sekolah, ataupun kepala sekolah – murid – kepala sekolah menjadi
sangat penting untuk membangun sekolah yang sehat dan inklusif.
- Masyarakat tidak pernah dibangun dengan berfokus terus pada
kekurangan, kebutuhan dan masalah. Masyarakat merespons secara kreatif
ketika fokus pembangunan pada sumber daya- sumber yang tersedia, kapasitas
yang dimiliki, kekuatan dan aspirasi yang ada. Sekolah harus
dibangun dengan melihat pada kekuatan, potensi, dan tantangan, kita harus
bisa fokus pada pembangunan sumber daya yang tersedia, kapasitas yang kita
miliki, serta kekuatan dan aspirasi yang sudah ada.
- Kekuatan sekolah berbanding lurus dengan tingkat keberagaman keinginan
unsur sekolah yang ada, dan pada tingkat kemampuan mereka untuk
menyumbangkan kemampuan yang ada pada mereka dan aset yang ada untuk
sekolah yang lebih baik.
- Dalam setiap unsur sekolah, pasti ada sesuatu yang berhasil. Dari pada
menanyakan “ada masalah apa?” dan “bagaimana memperbaikinya?”, lebih baik
bertanya “apa yang telah berhasil dilakukan?” dan “bagaimana mengupayakan
lebih banyak hasil lagi?” Cara bertanya ini mendorong energi dan
kreativitas.
- Menciptakan perubahan yang positif mulai dari sebuah perbincangan
sederhana. Hal ini merupakan cara bagaimana manusia selalu berpikir
bersama dan mencetuskan/memulai suatu tindakan.
- Suasana yang menyenangkan harus merupakan salah satu prioritas tinggi
dalam setiap upaya membangun sekolah.
- Faktor utama dalam perubahan yang berkelanjutan adalah kepemimpinan
lokal dan pengembangan dan pembaharuan kepemimpinan itu secara terus
menerus.
- Titik awal perubahan selalu pada perubahan pola pikir (mindset)
dan sikap yang positif
Aset
– aset dalam sebuah komunitas
Dalam mengatasi tantangan pada pendekatan tradisional
yang digunakan untuk mengatasi permasalahan perkotaan, di mana penyedia jasa
dan lembaga donor lebih menekankan pada kebutuhan dan kekurangan yang terdapat
pada komunitas, Kretzmann dan McKnight menunjukkan bahwa aset yang dimiliki
oleh komunitas adalah kunci dari usaha perbaikan kehidupan pada komunitas
perkotaan dan pedesaan .
Menurut Green dan Haines (2002) dalam Asset
building and community development, ada 7 aset utama atau di dalam
buku ini disebut sebagai modal utama, yaitu:
1. Modal Manusia
·
Sumber daya manusia yang berkualitas, investasi pada
sumber daya manusia menjadi sangat penting yang berhubungan dengan kesehatan,
pendidikan, kesejahteraan, dan harga diri seseorang.
·
Pemetaan modal atau aset individu merupakan kegiatan
menginventaris pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan yang dimiliki setiap
warganya dalam sebuah komunitas, atau dengan kata lain, inventarisasi
perorangan dapat dikelompokkan berdasarkan sesuatu yang berhubungan dengan
hati, tangan, dan kepala.
·
Pendekatan lain mengelompokkan aset atau modal ini
dengan melihat kecakapan seseorang yang berhubungan dengan kemasyarakatan,
contohnya kecakapan memimpin sekelompok orang, dan kecakapan seseorang
berkomunikasi dengan berbagai kelompok. Kecakapan yang berhubungan dengan
kewirausahaan, contohnya kecakapan dalam mengelola usaha, pemasaran, yang
negosiasi. Kecakapan yang berhubungan dengan seni dan budaya, contohnya
kerajinan tangan, menari, bermain teater, dan bermain musik.
2. Modal
Sosial
·
Norma dan aturan yang mengikat warga masyarakat yang
ada di dalamnya dan mengatur pola perilaku warga, juga unsur kepercayaan (trust) dan
jaringan ( networking) antara unsur yang ada di dalam
komunitas/masyarakat.
·
Investasi yang berdampak pada bagaimana manusia,
kelompok, dan organisasi dalam komunitas berdampingan, contohnya kepemimpinan,
bekerjasama, saling percaya, dan punya rasa memiliki masa depan yang sama.
·
Contoh-contoh yang termasuk dalam modal sosial antara
lain adalah asosiasi. Asosiasi adalah suatu kelompok yang ada di dalam
komunitas masyarakat yang terdiri atas dua orang atau lebih yang bekerja
bersama dengan suatu tujuan yang sama dan saling berbagi untuk suatu tujuan
yang sama. Asosiasi terdiri atas kegiatan yang bersifat formal maupun
nonformal. Beberapa contoh tipe asosiasi adalah berdasarkan keyakinan, kesamaan
profesi, kesamaan hobi, dan sebagainya. Terdapat beberapa macam bentuk modal
sosial, yaitu fisik (lembaga), misalnya asosiasi dan institusi. Institusi adalah
suatu lembaga yang mempunyai struktur organisasi yang jelas dan biasanya
sebagai salah satu faktor utama dalam proses pengembangan komunitas masyarakat.
3. Modal
Fisik
Terdiri atas dua kelompok utama, yaitu:
·
Bangunan yang bisa digunakan untuk kelas atau lokasi
melakukan proses pembelajaran, laboratorium, pertemuan, ataupun pelatihan.
·
Infrastruktur atau sarana prasarana, mulai dari
saluran pembuangan, sistem air, mesin, jalan, jalur komunikasi, sarana
pendukung pembelajaran, alat transportasi, dan lain-lain.
4. Modal
Lingkungan/alam
·
Bisa berupa potensi yang belum diolah dan mempunyai
nilai ekonomi yang tinggi dalam upaya pelestarian alam dan juga kenyamanan
hidup. Modal lingkungan terdiri dari bumi, udara yang bersih, laut,
taman, danau, sungai, tumbuhan, hewan, dan sebagainya.
·
Tanah untuk berkebun, danau atau empang untuk
berternak, semua hasil dari pohon seperti kayu, buah, bambu, atau material
bangunan yang bisa digunakan kembali untuk menenun, dan sebagainya.
5. Modal
Finansial
·
Dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas
yang dapat digunakan untuk membiayai proses pembangunan dan kegiatan sebuah
komunitas.
·
Modal finansial termasuk tabungan, hutan, investasi,
pengurangan dan pendapatan pajak, hibah, gaji, serta sumber pendapatan internal
dan eksternal.
·
Modal finansial juga termasuk pengetahuan tentang
bagaimana menanam dan menjual sayur di pasar, bagaimana menghasilkan uang dan
membuat produk-produk yang bisa dijual, bagaimana menjalankan usaha kecil,
bagaimana memperbaiki cara penjualan menjadi lebih baik, dan juga bagaimana
melakukan pembukuan.
6. Modal
Politik
·
Modal politik adalah ukuran keterlibatan sosial. Semua
lapisan atau kelompok memiliki peluang atau kesempatan yang sama dalam
kepemimpinan, serta memiliki suara dalam masalah umum yang terjadi dalam
komunitas.
·
Lembaga pemerintah atau perwakilannya yang memiliki
hubungan dengan komunitas, seperti komunitas sekolah, komite pelayan kesehatan,
pelayanan listrik atau air.
7. Modal
Agama dan budaya
·
Upaya pemberian bantuan empati dan perhatian, kasih
sayang, dan unsur dari kebijakan praktis (dorongan utama pada kegiatan
pelayanan). Termasuk juga kepercayaan, nilai, sejarah, makanan, warisan budaya,
seni, dan lain-lain.
·
Kebudayaan yang unik di setiap daerah masing-masing
merupakan serangkaian ide, gagasan, norma, perlakuan, serta benda yang
merupakan hasil karya manusia yang hidup berkembang dalam sebuah ruang
geografis.
o
Agama merupakan suatu sistem berperilaku yang
mendasar, dan berfungsi untuk mengintegrasikan perilaku individu di dalam
sebuah komunitas, baik perilaku lahiriah maupun simbolik. Agama menuntut
terbentuknya moral sosial yang bukan hanya kepercayaan, tetapi juga perilaku
atau amalan.
o
Identifikasi dan pemetaan modal budaya agama merupakan
langkah yang sangat penting untuk melihat keberadaan kegiatan dan ritual
kebudayaan dan keagamaan dalam suatu komunitas, termasuk kelembagaan dan
tokoh-tokoh penting yang berperan langsung atau tidak langsung di dalamnya.
o
Sangat penting kita mengetahui sejauh mana keberadaan
ritual keagamaan dan kebudayaan yang ada di masyarakat serta pola relasi yang
tercipta di antaranya dan selanjutnya bisa dimanfaatkan sebagai peluang untuk
menunjang pengembangan perencanaan dan kegiatan bersama.
Pada Sesi
Eksplorasi Konsep Pemimpin Pengelolaan Sumber Daya diulang lagi pertanyaan
pemantik sebelumnya meliputi :
Apakah kita bisa menggunakan
Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset untuk mengelola sumber daya
sekolah kita? Bisakah kita mengganti kata komunitas menjadi
sekolah, Pendekatan Pengembangan Sekolah Berbasis Aset? Mengapa?
Jawab : Pendekatan pengembangan
komunitas berbasis aset sangat bisa digunakan untuk mengelola sumber daya
sekolah, sekolah bagian dari komunitas yang terdiri dari pendidik, tenaga
pendidik, murid, kepala sekolah, komite dan pengawas sekolah yang berinteraksi
satu sama lain dengan saling membutuhkan. Unsur-unsur yang ada di sekolah merupakan asset yang dimiliki sekolah.
Potensi/asset/kekuatan yang dimiliki sekolah dapat digali, dimanfaatkan dan
dikembangkan untuk kemajuan sekolah tersebut. Kekuatan/asset/potensi yang
dimiliki sekolah dapat digunakan sebagai pedoman untuk merancang sebuah visi
untuk meningkatkan kualitas sekolah. Kekuatan tersebut dimanfaatkan untuk
melaksanakan aksi nyata dari visi yang telah dirancang sebelumnya.
Potensi tersebut dimaknai sebagai penunjang hidup atau untuk menjaga
keberlangsungan dan keberlanjutan kehidupan sekolah. Sangat jelas bahwa sekolah
selalu terus berusaha untuk dapat memberdayakan kekuatan/asset yang dimiliki
dan membangun keterikatan antar asset tersebut supaya lebih berdaya guna.
Sekolah memiliki kemandirian untuk menghadapi setiap tantangan yang mendera
dengan memaksimalkan aseet yang dimiliki untuk mengatasi tantangan tersebut.
Perlu sekolah merupakan bagian dari komunitas. Dari penjabaran di atas kita
bisa memaknai bahwa Pendekatan pengembangan komunitas berbasis asset dapat
diganti dengan Pendekatan pengembangan sekolah berbasis asset atau Pendekatan
pengembangan komunitas berbasis asset, sekolah pun sudah tercakup di dalamnya.
Apa contoh pengelolaan sumber daya sekolah
kita dengan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset?
Jawab : Ibarat sekolah adalah ladang pasti menginginkan
ladang/sawahnya menjadi subur, makmur, panen raya, ada perubahan dari tahun ke
tahun seperti itulah keinginan warga sekolah. Apalagi jika kondisi lingkungan
sekolah tidak ideal tidak sesuai dengan harapan. Perubahan akan terjadi secara
maksimal jika dilakukan oleh seluruh unsur yang ada dalam sekolah dan seluruh
unsur yang ada di sekolah merupakan asset dimiliki. Setiap warga sekolah
memiliki tanggung jawab yang sama untuk memajukan sekolah, menjaga hubungan harmonis,
dan memajukan kesuksesan suatu program yang akan dan sedang dilakukan. Guru
harus menjaga hubungan harmonis dengan guru lain, dengan kepala sekolah, dengan
tenaga kependidikan, dengan seluruh stakeholder yang terlibat terutama menjaga
keharmonisan dengan muridnya dan begitu pun sebaliknya. Proses tersebut
merupakan proses yang terjadi untuk menciptakan kerhamonisan dan konduktifitas
lingkungan sekolah dengan memanpaatkan asset yang ada di sekolah.
Bagaimanakah selama ini kita mengelola sumber
daya? Apakah sudah menggunakan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset?
Jawab
: Dalam mengelola sumber daya yang dimiliki
selama ini lebih cenderung dan lebih sering berfokus pada kekurangan,
problematika dan keinginan sangat jarang melihat dari sisi kekuatan yang
dimiliki. Dalam menghadapi masalah pun di sekolah lebih mengacu terhadap
masalah utama tidak membayangkan bagaimana masa depan nantinya. Ketika
menghadapi suatu problematika pertanyaan yang muncul biasanya "ada masalah
apa? Pertanyaan yang mengarah terhadap pencarian kekurangan dan kesalahan.
Pertanyaan selanjutnya yang muncul adalah "terus bagaimana cara
menyelesaikannya?". Pertanyaan yang menciptakan kondisi pasif dan hanya
menerima tanpa berusaha terlebih dahulu mengerahkan segala kekuatan untuk
menyelesaikannya dan memaksimalkan segala potensi yang dimiliki, yang
menjadikan lingkungan aktif responsive.
Sehingga harus ada usaha mengubah paradigma yang berkembang di lingkungan
tatkala menghadapi problematika dengan mengubah pertanyaan awal. Pertanyaan
yang dapat membangkitkan kekuatan, melejitkan potensi dan memunculkan
kreativitas seperti "apa yang telah berhasil dilakukan?" dan
"bagaimana mengupayakan lebih banyak hasil lagi?".
Bahkan kita pun
sering disibukkan dengan mencari bala bantuan dan pendukung ketika kita
dihadapkan dengan suatu kondisi yang tidak enak atau terpojok. Sangat jarang
berusaha untuk mencoba menggali potensi dan kekuatan sendiri yang dimiliki
untuk menghadapi kondisi yang tidak nyaman. Berusaha mandiri untuk
memaksimalkan kekuatan yang dimiliki untuk merubah keterpojokan dan
ketidaknyaman menjadi situasi yang aman, damai, nyaman dan kondusif. Jadi
selama ini yang kita lakukan belum mengarah terhadap melakukan sebuah upaya dengan
menggunakan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset.
Jika belum, bagaimana caranya kita mengelola
dengan Pendekatan Pengembangan Sekolah Berbasis Aset?
Jawab
: Sebagai pemimpin pembelajaran harus
belajar berupaya untuk menggunakan pendekatan sekolah berbasis asset. Begitu
pun seluruh elemen yang terdapat di sekolah harus melakukan Pendekatan
Pengembangan Sekolah Berbasis Aset untuk mengelola sumber daya yang dimiliki
dengan cara :
1.
Fokus pada aset dan kekuatan
2.
Membayangkan masa depan
3.
Berpikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan
kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut.
4.
Mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan
kekuatan
5.
Merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan
6.
Melaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan
Keenam cara tersebut merupakan pendekatan yang dilakukan Sekolah
dengan Berbasis Aset untuk mengelola sumber daya yang tersedia di sekolah.
Pada
forum diskusi, CGP diminta melakukan diskusi pada suatu kasus yang telah
disediakan di LSM yakni kasus ibu Lilin dan dan Pak Pupur.
Pada
Kasus 1:
Saya melihat kasus Ibu
Lilin berada dalam kondisi yang lebih cenderung memandang kondisi kelas dari
sudut pandang berbasis pada kekurangan murid. Terlihat bu Lilin bahwa karakter dan tingkat kepandaian murid-muridnya yang
heterogen merupakan sesuatu kekurangan yang menyebabkan sulitnya materi dapat
tersampaikan kepada peserta didik serta sulitnya peserta didik memahami
penjelasan materi dari bu Lilin. Selain itu, kondisi kelas yang susah
dikendalikan merupakan masalah yang sangat mengganggu terhadap
konduktifitas pembelajaran yang dilakukan. Akibat dari selalu melihat dari
kekurangan menyebabkan munculnya ketidaknyamanan secara emosional dari
Bu Lilin seperti mudah marah dan kelelahan yang memunculkan ketidaksukaan
dari murid-muridnya. Bu Lilin sebagai guru masih menempatkan murid sebagai beban
bukan sebagai pengentasan kekurangannya untuk diatasi. Yang lebih bijak adalah
bu Lilin mengelaborasi kesepakatan kelas bagaimana agar kelas bisa menerimanya
dan bisa belajar lebih giat lagi.
Pada Kasus 2 :
Menurut Saya, sikap pak Pupur tepat, penghargaan yang
diberikan kepala sekolah seharusnya diberi kesempatan mengikuti seleksi calon
kepala sekolah bukan calon pengawas sekolah, mengingat menjadi pengawas sekolah
bila tidak melalui jalur kepala sekolah itu bukan kurang tepat karena nanti
akan mendampingi kepala sekolah dan guru dari segala permasalahan yang ada.
jika tidak memiliki pengalaman menjadi kepala sekolah akan kesulitan. Jadi
wajar jika pak Pupur bersedih. Pak Pupur adalah sumber daya berkualitas yang menjadi asset terhadap
perbaikan kehidupan pada komunitas. Dengan segala kekuatan dan kelebihan yang
dimiliki Pak Pupur menjadi modal diri untuk bisa lulus menjadi kepala
sekolah. Jika Pak Pupur Lulus banyak harapan kepadanya untuk memberikan
perubahan positif terhadap ekosistem pendidikan di sekolah dan perbaikan
terhadap mutu pendidikan di sekolah.
Pada
sesi ruang Kolaborasi CGP diminta melakukan pemetaan potensi daerah versus
potensi sekolah bersama CGP lain.
Daftar
Pustaka :
https://lms21-gp.simpkb.id/mod/forum