Powered by Blogger.

Wednesday, May 4, 2022

Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran
Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Menjadi guru yang mampu mengambil keputusan efektif tentunya tidak terlepas dari pengaruh dan pandangan Ki Hajar Dewantara yakni sistem among dan juga Pratap Triloka. Dalam hal ini guru sebagai seorang pamong dapat menggunakan sistem among dalam pembelajaran untuk menyampaikan karakater bagi peserta didik. Selain itu integrasi Pratap Triloka menjadi sangat penting dalam konteks sekolah terutama dalam pengambilan keputusan bagi guru sebagai pemimpin pembelajaran.

Terdapat 3 unsur penting pada Pratap Triloka yaitu : 1) Ing ngarsa sung tulada 2) Ing madya mangun karsa dan 3) Tut wuri handayani. Ini berarti bahwa seorang pemimpin pembelajaran haruslah memberikan suri tauladan yang baik bagi orang yang dipimpinnya. Keteladanan menjadi sebuah hal yang penting karena akan berpengaruh pada tingkat kepercayaan orang yang dipimpin terhadap dirinya. Pemimpin pembelajaran harus mampu membangun kerjasama dengan orang yang dipimpinnya, sehingga diharapkan mampu menjadi rekan sekaligus orangtua di sekolah dan juga mampu menjadikan peserta didik terampil dalam mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya. Selain itu memberikan kesempatan pada murid untuk maju dan berkembang. Inilah salah satu fungsi seorang guru sebagai coach dan motivator untuk membantu murid dalam melejitkan seluruh potensi yang dimilikinya.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Pengambilan keputusan adalah sebuah proses menentukan sebuah pilihan dari berbagai alternatif pilihan yang tersedia, seorang guru terkadang dihadapkan pada suatu keadaan dimana ia harus menentukan pilihan keputusan dari berbagai alternatif yang ada. Proses yang rumit ini berdampak pada dirinya dan lingkungan sekolah serta munculnya pertentangan nilai yang tertanam dan diyakininya sehingga dapat mempengaruhi pada prinsip-prinsip dalam mengambil suatu keputusan. Memilih dua kebenaran yang saling bertentangan adalah sesuatu yang sangat sulit, namun keputusan haruslah tetap diambil. Memilih paradigma dan prisnsip dalam mengambil keputusan adalah sesuatu yang sangat subjektif karena setiap orang memiliki perspektif yang berbeda dikarenakan perbedaan nilai yang dianutnya.

Setiap guru memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai positif yang mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar. 

Keputusan tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik.

Nilai-nilai positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi social emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran social dan keterampilan berinteraksi social dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.

Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Keterampilan Coaching sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apaila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.

Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan.

TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA adalah satu model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW. GROW adalah akronim dari Goal, Reality, Options dan Will.

Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini,

Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,

Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.

Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.TIRTA akronim dari :

T : Tujuan, I : Identifikasi, R : Rencana aksi, TA: Tanggung jawab

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Sebagai seorang pendidik, kita harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas sehingga murid bisa belajar dengan menyenangkan sesuai profil belajar masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas maupun di sekolah. Setiap guru yang mampu mengelola sosial emosionalnya dengan baik akan berpotensi lebih mampu  mengambil keputusan dengan tepat dalam melayani setiap kebutuhan muridnya dengan tepat sehingga akan menumbuh kembangkan potensi muridnya

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari tangan pendidik yang mampu memberi solusi dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu melihat permasalahan secara holistik, dan mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika atau bujukan moral.

Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak. Kita tahu bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika dengan tepat, dengan harapan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan 

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut akan mampu mengakomodasi kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat, maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika, belum terbangunya mindset serta sistem yang baik dalam mengambil keputusan yang berpihak kepada murid. Kemudian sering terjadi sebuah keputusan yang diambil, tidak semua warga sekolah mempunyai komitmen untuk menjalankannya, terkadang keputusan yang diambil sepihak dan tidak melibatkan ataupun mewakili komponen yang ada disekolah sehingga keputusan tersebut kurang berdampak baik terhadap murid, rekan sejawat maupun lembaga.

Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Keputusan yang diambil harus berpihak kepada murid. Maka dari itu, keputusan tersebut pasti memberikan dampak baik terhadap cara dan hasil belajar murid. Sistem pembelajaran bermakna yang berpusat pada siswa, pembelajaran yang menyenangkan, pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi, penggunaan metode pembelajaran interaktif serta sistem evaluasi yang sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. 

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Ketika guru sebagai pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid, potensi lebih besar murid-muridnya akan belajar menjadi orang-orang yang merdeka, kreatif, inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri, mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh kebijaksanaan pertimbangan yang baik dalam mengambil keputusan-keputusan penting dalam kehidupanya yang juga akan berdampak baik bagi keluarga, profesi, dan lingkunganya

Keputusan yang diambil oleh seorang guru, melalui kebiasaan disekolah akan sangat mempengaruhi terbentuknya pola pikir siswa. Keputusan yang berpihak kepada murid harus dengan pertimbangan yang berpihak kepada murid dengan memperhatikan dan melakukan pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk. Dengan pembelajaran sosial emosional yang baik diharapkan tumbuh menjadi pribadi pribadi yang lebih baik mempersiapkan dirinya untuk masa depan yang lebih baik sejahtera

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan yang didapat dari pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan modul-modul sebelumnya adalah :

Pengambilan keputusan adalah kompetensi yang sudah semestinya dimiiki oleh guru dengan berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara tentang sistem among dan pembelajaran budi pekerti dengan melalui merdeka belajar  sebagai perwujutan profil pelajar pancasila. Pengambilan keputusan yang berpusat kepada murid, melalui pada budaya positif akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being).

Dalam pengambilan keputusan hendaknya dilakukan dengan kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila. Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”

(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).  

Sebagai guru harus memberikan layanan pembelajaran terbaik kepada murid. mengajarkan dan membelajarkan pengetahuan itu penting namun lebih dari itu, mengajarkan kebaikan, nilai-nilai kebajikan universal, karakter sikap, teladan, kejujuran, saling menghormati dan menghargai perbedaan, dapat menjadi seorang pelajar pancasila itu lebih penting kita tanamkan kepada siswa. Terwujudnya profil pelajar pancasila melalui sebuah pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dan berpihak pada murid, merdeka belajar untuk menumbuh kembangkan potensi siswa untuk mewujudkan Indonesia lebih baik.

Demikian koneksi antar materi Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran, semoga bermanfaat.